Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين

“Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7)

Ayat ini merupaka doa yang Allah سبحانه وتعالى ajarkan kepada kita. Bahkan disebutkan oleh para ulama bahwa sebaik-baik doa yang Allah سبحانه وتعالى ajarkan kepada hambaNya adalah doa ini. Untuk itu tidak kurang 17 kali sehari semalam kita membacanya dalam shalat-shalat kita. Kalau sekiranya ada doa yang lebih baik dari doa ini niscaya Allah سبحانه وتعالى menempatkannya pula pada surat ini.


Namun kebalikannya, musuh-musuh Islam dari kalangan Salibis menggunakan ayat yang mulia ini untuk memurtadkan kaum muslim. Mereka melempar syubhat ke tengah-tengah orang-orang awam diantara kaum muslimin dengan mengatakan, “Sesungguhnya kalian ini berada dalam kesesatan. Buktinya kalian senantiasa berdoa kepada Allah untuk diberi petunjuk.”

Itulah perkataan yang keluar dari mulut-mulut mereka. Allah berfirman سبحانه وتعالى ,

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Dan tidak akan pernah ridha orang-orang Yahudi dan Nasrani kepadamu sampai engkau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah : 120).

Dan perkataan mereka dalam masalah ini, yakni bahwa orang-orang Islam berada dalam kesesatan dan mereka adalah orang-orang yang berada di atas petunjuk telah mereka nyatakan sejak dahulu kepada sahabat-sahabat Rasulullahصلى الله عليه وسلم , dan akan senantiasa mereka ucapkan sampai hari Kiamat. Allah سبحانه وتعالى Berfirman,

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا

“Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk’.” (QS. Al-Baqarah : 135).

Di tempat yang lain Allah سبحانه وتعالى menyebutkan, 

وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ‘Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani’.”

Tapi Allah سبحانه وتعالى langsung membantah perkataan mereka pada kelanjutan ayat ini dengan firmanNya,

تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Itulah angan-angan kosong mereka, Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti-bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar’.” (QS. Al-Baqarah : 111).

Perlu diketahui, bahwa setiap manusia yang masuk ke dalam agama Islam maka mereka telah dipastikan berada diatas hidayah atau petunjuk secara mutlak. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالأُّمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا

“Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi, ‘Sudahkah kamu masuk Islam?’ Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran : 20).

Allah pun telah menyatakan bahwa agama yang haq adalah agama Islam. Allah سبحانه وتعالى firman,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imaran : 19).

Di tempat lain Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak diterima (agama itu) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran : 85).

Kalau begitu hidayah apa yang kita minta kepada Allah dalam ayat ini,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

Disebutkan oleh para ulama kita bahwa hidayah yang diminta pada ayat yang mulia ini meliputi tiga poin, yaitu :

Pertama, ilmu, yakni supaya Allah سبحانه وتعالى memahamkan kita tentang agamanya ini.
Ibnu Katsir berkata, “Yaitu kiranya Dia menunjuki hamba dan saudara- saudaranya yang beriman pada jalan yang lurus berupa dinul Islam yang shahih tanpa tambahan dan kekurangan, agama yang bersih dari bid’ah dan khurafat. Jalan ini merupakan jalan terdekat untuk mencapai perkara yang dicintai dan diridhai Allah selaras dengan apa yang telah diperintahkanNya dan disampaikan oleh RasulNya.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda,

مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah untuknya kebaikan, Allah menjadikannya faham tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaikh Abdul Muhsin bin Al-Abad Al-Badr berkata, “Dengan kefahamannya tentang agama ia akan beribadah kepada Allah dengan hujjah yang nyata dan mendakwahi orang lain dengan hujjah yang nyata pula.” (Rifqan Ahlus Sunnah bi Ahlus Sunnah).

Kedua, amal, yakni supaya Allah سبحانه وتعالى memberi kekuatan kepada kita untuk mengamalkan agamanya di atas ilmu yang shahih.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Beri kami hidayah dan taufiq ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang menghubungkan kepada Allah dan kepada surgaNya, yaitu pengetahuan tentang al-haq dan mengamalkannya.” (Tafsir Al-Karimir Rahman)

Mu’adz bin Jabal رضى الله عنهberkata, “Dengan ilmu dapat terjalin silaturrahim dan diketahui halal dan haram. Ilmu adalah imamnya sedangkan amal pengikutnya, diberikan kepada orang-orang yang berbahagia dan tercegah dari orang-orang yang merugi.” (Muqaddimah Fil ‘Ulum Asy-Syar’iyyah, hal. 28)

Ketiga, istiqamah, yakni supaya Allah سبحانه وتعالى menetapkan kami di atas ilmu dan amal.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di dalam lanjutan perkataannya, “Maka tunjukilah kami jalan yang lurus , yaitu selalu memegang teguh Islam dan meninggalkan semua agama selainnya, yaitu tentang Islam secara terperinci, baik dalam mengilmui dan mengamalkannya.” (Tafsir Al-Karimir Rahman)

Al Imam Ibnu Jarir berkata, Makna Shirathal Mustaqim adalah, Ya Allah, berikan taufiq kepada kami agar kami tetap berada di atas hal yang Engkau ridhai. (Jami’ul Bayan)

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang keyakinan (kematian) kepadamu.” (QS. Al-Hijr : 99).

Selanjutnya firman Allah سبحانه وتعالى ,

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

“Jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka.”

Siapa orang-orang yang telah di anugerahkan nikmat kepada mereka? Allah menjelaskannya dalam Surat An-Nisa : 69. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah dari golongan para Nabi, Shiddiqun, Syuhada dan Shalihin. Mereka itulah yang sebaik-baiknya teman.” (QS. An-Nisa’ : 69).

Sifat-sifat mereka itu adalah berilmu kemudian mengiringi ilmunya itu dengan amal dan selanjutnya mereka istiqamah.

Selanjutnya firman Allah سبحانه وتعالى ,

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Telah datang hadits dari Rasulullah صلى الله عليه وسلمyang menjelaskan siapa mereka. Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang-orang Yahidu adalah yang dimurkai. Sedangkan orang-orang Nasrani adalah kaum yang tersesat.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dikomentarinya Hasan Gharib).

Al-Qur’an telah mengindikasikan pengertian hadits ini.
Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang orang-orang Yahudi,

قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ

“Katakanlah : ‘Apakah akan aku beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah?’ Yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, diantara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi.” (QS. Al-Maidah : 60).

Adapun tentang orang-orang Nasrani, Allah سبحانه وتعالى berfirman,

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

“Katakanlah, ‘Wahai ahli kitab! Janganlaah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia) dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus’.” (QS. Al-Maidah : 77).

Pertanyaannya. Mengapa orang-orang Yahudi itu menjadi terlaknat dan orang-orang Nasrani itu menjadi tersesat?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam kitabnya Iqtidha Shirathil Mustaqim, “Pangkal kekufuran Yahudi adalah karena mereka tak mengamalkan ilmunya. Padahal mereka mengetahui kebenaran, namun tidak mau mengikutinya dalam bentuk ucapan atau perbuatan, atau bahkan tidak mau mengikuti keduanya…”

Orang-orang Yahudi telah mengetahui bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلمadalah seorang Rasul yang haq. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah : 146).

Ibnu Ishaq menuturkan, “Aku meriwayatkan dari Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab, dia berkata, “Aku adalah anak yang paling disayangi ayahku dan juga pamanku, Abu Yasir. Setiap kali aku bertemu, tentu mereka berdua akan menggendongku dan melepaskan anak lain yang sedang digendongnya. Tatkala Rasulullah Shalallahi alaihi wa sallam tiba di Madinah, singgah di Quba’ di Bani Amr bin Auf, maka ayahku, Huyai bin Akhthab dan pamanku, Abu Yasir bin Akhthab pergi ke sana pada malam hari. Keduanya tidak kembali kecuali setelah matahari terbenam pada keesokan harinya. Mereka berdua terlihat malas, loyo, tanpa semangat dan jalannya pelan-pelan. Aku segera menghampiri mereka berdua seperti biasanya, namun demi Allah, tak seorangpun diantara mereka berdua yang mau menoleh ke arahku. Mereka terlihat murung. Kudengar pamanku bertanya kepada ayahku, “ Diakah orangnya?” “Demi Allah, memang dia.” jawab ayahku. Apakah engkau yakin?” “Ya” jawab ayahku. “Apa yang kau pikirkan tentang dirinya?” “Demi Allah, aku akan memusuhinya selagi aku masih hidup,” jawab ayahku.” (Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/518-519).

Mengapa mereka memusuhi Rasulullah صلى الله عليه وسلمpadahal mereka telah yakin bahwa beliau adalah seorang Rasul yang mereka tunggu-tunggu? Karena Rasulullah bukan datang dari kalangan mereka, Bani Israil, tetapi datang dari kalangan bangsa Arab.

Demikian pula mereka mengetahui tentang kebenaran Al-Qur’an. Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (89) بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedang sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. Sangatlah buruk (perbuatan) mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karuniaNya kepada siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya (Muhammad). Karena itulah mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Dan kepada orang-orang kafir (ditimpakan) adzab yang menghinakan.” (QS. Al-Baqarah : 89-90).

Selanjutnya perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “…Sedangkan kekufuran Nasrani berawal dari perbuatan mereka yang tanpa ilmu. Mereka berijtihad (berpendapat) sendiri dalam banyak ragam ibadah, tanpa ada ajaran dari Allah. Mereka berpendapat atas nama Allah tanpa ilmu.”

Semua ajaran Nasrani adalah bid’ah. Tanpa dalil, dari awalnya sampai akhirnya. Mulai dari bentuk ibadah mereka kepada Allah سبحانه وتعالى dengan menyanyi-nyanyi sampai kepada perayaan-perayaan, Natal dan Paskah dan sebagainya. Allah tidak pernah mensyari’atkannya kepada mereka. Dan kebid’ahan mereka yang terbesar adalah mereka menjadikan Nabi Isa dan ibunya dua sesembahan selain Allah.

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa Putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua ilah (sesembahan) selain Allah?’ (Isa) menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada padaMu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku (yaitu) : Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka’.” (QS. Al-Maidah : 116-117).

Bahkan disebutkan bahwa tidaklah Nabi Isa itu diangkat menjadi Tuhan kecuali setelah berlalunya masa beliau selama 325 tahun.

Selanjutnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Oleh sebab itu para ulama salaf semisal Sufyan bin Uyainah dan yang lainnya menyatakan, ‘Para ulama kita yang menyeleweng, mempunyai kemiripan dengan orang-orang Yahudi, sedangkan ahli ibadah kita yang menyimpang mempunyai kemiripan dengan orang-orang Nasrani’.”

Adapun ‘para ulama kita yang menyeleweng’, yakni para ulama kita yang mereka memiliki ilmu tetapi mereka tidak mengamalkan ilmunya, maka mereka mendapat kemurkaan dari Allah sebagaimana orang-orang Yahudi.

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Betapa besar kemurkaan di sisi Allah jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff : 2-3).

Sedangkan ‘ahli ibadah kita yang menyimpang’, yakni mereka yang banyak melakukan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu bentuk ibadah yang Allah tidak pernah mensyari’atkannya kepada mereka, demikian pula oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Maka mereka ini tersesat sebagaimana tersesatnya orang-orang Nasrani.

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

“Katakanlah, ‘Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling merugi perbuatannya?’ (Yaitu) Orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi : 103-104).

Demikianlah penjelasan singkat dari isi kandungan surat Al-Fatihah : 6-7, sekaligus menjawab syubhat yang dilontarkan oleh kaum salibis Nasrani. Semoga bermanfaat.

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman