Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Bid’ah

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata :
“Tidak akan datang kepada manusia suatu masa, kecuali manusia di dalamnya melakukan bid’ah dan mematikan sunnah, hingga bid’ah akan tersebar luas dan sunnah-sunnah akan menjadi padam.”
(I’tisham, I/46)

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata :
“Bid’ah itu lebih disukai iblis daripada maksiat, orang yang melakukan maksiat ia akan bertaubat darinya, sedangkan ahlul bid’ah ia tidak bertaubat dari kebid’ahannya.” (Talbis Iblis, 21)

Luqman bin Idris Al-Khaulany Rahimahullah berkata :
“Tidaklah suatu umat mendatangkan suatu bentuk kebid’ahan, melainkan diangkat semisal perbuatan bid’ah itu hal yang sunnah.”
(Al-I’tisham, I/46)

Setan dan Hawa Nafsu

Mukhallad Rahimahullah berkata :
“Tidaklah Allah memerintahkan hambaNya sesuatu, melainkan Iblis menghambatnya dengan dua cara, dan dia tidak peduli dengan yang mana dia akan berhasil mempengaruhinya; apa dengan sikap yang berlebih-lebihan atau dengan sikap meremehkan.”
(Talbis Iblis, 42)

Yusuf bin Asath Rahimahullah berkata :
“Diciptakannya hati itu sebagai tempat berdzikir, kemudian jadilah sebagai tempat syahwat. Tak ada yang mampu menghilangkan syahwat kecuali ketakutan yang menimpa atau kerinduan yang mengguncang.”
(Tahdzib Siyar A’lam An-Nubala, II/702)

Sufyan bin Uyainah Rahimahullah berkata :
“Barangsiapa yang bermaksiat karena memenuhi hawa nafsunya, maka suruhlah ia untuk bertaubat. Sesungguhnya Nabi Adam bermaksiat dikarenakan mengikuti hawa nafsunya, maka diampuni oleh Allah dosanya. Namun barangsiapa yang bermaksiat karena sombong, maka ancamlah pelakunya dengan laknat Allah kepadanya. Karena sesungguhnya iblis bermaksiat karena kesombongannya, maka iapun dilaknat oleh Allah.”
(Shifatu Ash-Shafwah, II/232)

Asy-Sya’bi Rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya dinamakan hawa nafsu dengan ahwa (terjerumus) dikarenakan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 261)

Mujahid Rahimahullah berkata :
“Aku tidak tahu nikmat mana yang lebih besar yang dianugerahkan Allah kepadaku; apakah Allah menunjukkan Islam kepadaku atau mengampuni (kesalahan yang disebabkan) hawa nafsuku.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 261)

As-Suffah Rahimahullah berkata :
“Jika kemampuan seseorang (dalam menahan syahwatnya) besar, maka akan melemahlah syahwat tersebut, kecuali dalam hal-hal yang sudah menjadi haknya. Sabar adalah sebuah kebaikan terhadap sesuatu yang menghancurkan agama dan menghinakan penguasa (yang shalih).”
(Tahdzibu Siyaru Al-A’lam An-Nubala, II/520)

Sombong

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata :
“Ada seseorang yang berkata kepada orang lain, ‘Aku lebih mulia darimu,’ padahal tidak ada seseorang yang lebih mulia daripada yang lain kecuali karena ketaqwaan.”
(Mukhtashar Minhaju Al-Qashidin, 217)

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata :
“Tidak ada yang lebih kami cintai selain dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, jika mereka melihat kedatangan beliau, mereka tidak berdiri, karena mereka mengetahui beliau tidak menyukai yang demikian itu.”
(Mukhtashar Minhaju Al-Qashidin, 218)

Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata :
“Kalau engkau mengkhawatirkan sikap ujub atas amalmu, maka ingat ridha siapa yang menjadi tujuanmu, dan dalam kenikmatan mana engkau berharap, dan dari siksa yang mana engkau hindarkan, karena barangsiapa yang mengingat hali tu, maka amal-amalnya akan nampak kecil di mata.”
(Siyaru A’lam An-Nubala, X/42)

Masruq Rahimahullah berkata :
“Cukuplah seorang itu dikatakan alim jika ia merasa takut kepada Allah, dan cukuplah seorang itu dikatakan bodoh jika ia merasa ujub dengan amlnya sendiri.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 229)

Wahab bin Munabbih Rahimahullah berkata :
“Perhatikanlah tiga hal apa yang aku sampaikan ini; waspadalah terhadap hawa nafsu yang dituhankan, teman yang jahat, dan sikap ujub terhadap diri sendiri.”
(Siyaru A’lam An-Nubala, IV/190)

Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata :
“Takabur (sombong) itu merupakan akhlak batin yang muncul karena amal, yang berarti takabur merupakan buah dari amalan, lalu tampak dalam tindakan amalan badan. Akhlak ini merupakan hasrat untuk menampakkan diri dihadapan orang yang akan disombongi, agar ia terlihat lebih hebat dari yang lainnya, dengan memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Pada saat itulah dia menjadi orang yang sombong.”
(Mukhtashar Minhaju Al-Qashidin, 215)

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata :
“Akar kesalahan itu ada tiga hal yaitu takabur, itulah yang menjerumuskan iblis kepada kedudukan yang hina; tamak, itulah yang mengeluarkan Adam dari surga; Hasad, itulah yang menyebabkan salah satu anak Adam membunuh saudaranya.”
(Al-Fawa’id, 64)

Hasad, Iri dan Dengki

Ibnu Sirin Rahimahullah berkata :
“Aku tidak mendengki seseorangpun karena urusan dunia, sebab jikalau ia adalah penduduk surga, maka bagaimana aku mendengkinya karena suatu urusan dunia, karena ia akan menjadi salah seorang penghuni surga, sedangkan bila ia termasuk penghuni neraka, maka bagaimana mungkin mendengkinya untuk urusan dunia, padahal ia akan menjadi penghuni neraka.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 175)

Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata :
“Hasad adalah penyakit hati yang parah, penyakit hati tidak akan bisa diobati kecuali dengan ilmu dan amal, ilmu manfaat yang dapat menyembuhkan penyakit hati. Hasad adalah penyakit berbahaya bagimu, bagi agama dan duniamu dan tidak akan membahayakan pada orang yang dihasadi dalam urusan agama dan akhiratnya, bahkan akan menjadi suatu kenikmatan yang terus menerus akan ia dapat dengan perbuatan hasadmu.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 178)

Tamak

Abu Hazim Rahimahullah berkata :
“Tiga perkara yang berada di dalamnya, maka menunjukkan kesempurnaan akal seseorang; yang mengenal dirinya sendiri, menjaga lidahnya dan puas terhadap apa yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadanya.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 188)

Sulaiman bin Dawud Rahimahullah berkata :
“Telah kami coba seluruh jenis kehidupan dari yang lunak sampai yang keras dan kami mendapatkan kecukupan pada yang sedikit.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 188)

Ibnu Qudamah Rahimahullah berkata :
“Ketahuilah obat tamak/rakus ada 3, yaitu sabar, ilmu dan amal.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 188)

Banyak Omong

Umat bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
“Barangsiapa banyak bicara, banyak salahnya. Barangsiapa banyak salahnya, banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya, maka nerakalah yang pantas bagi mereka.”
(Tazkiyatu An-Nafs, 33)

Al-Auza’i Rahimahullah berkata :
“Orang mu’min itu sedikit bicara dan banyak beramal, sedangkan orang munafik itu banyak bicara dan sedikit baramal.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 32)

Yahya bin Mu’adz Rahimahullah berkata :
“Hati itu laksana periuk yang akan mendidihkan apa-apa yang ada di dalamnya, sedangkan lisan bagaikan gayungnya, maka lihatlah seseorang ketika ia berbicara karena lisannya mengakui apa yang ada dalam hatinya, manis, pahit, tawar, asin dan lain sebagainya. Dan lisan akan menjelaskan kepadamu keadaan hatinya.”
(Jawabu Al-Kafi, 375)

Abu Abdillah Al-Bukhari Rahimahullah berkata :
“Aku berharap ketika aku berjumpa dengan Allah, dalam keadaan Dia tidak menghisabku karena aku telah mengghibah seseorang.”
(Aina Nahu min Akhlaqi As-Salaf, 127)

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah berkata :
“Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali atas satu dari dua orang; seorang pendiam yang pandai dan seorang bijak dalam berkata.”
(Siyar A’lam An-Nubala, VIII/36)

Sebagian salaf berkata :
“Termasuk fitnah bagi seseorang yang faqih (berilmu) adalah ia suka berkata daripada diam.”
(Adab Asy-Syar’iyyah, II)

Bahaya Lisan

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata :
“Tidak ada yang lebih berhak untuk dipenjarakan secara berkepanjangan selain dari lisanku.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 155)

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata :
“Janganlah engkau berlebih-lebihan dalam berbicara, manusia itu hanya melakukan untuk memenuhi kebutuhannya saja.”
(Jami’u Al-Ulum wa Al-Hikam, 134)

Muhammad bin Ajalan Rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya perkataan itu hanya ada empat tempat, yaitu : dzikir kepada Allah Ta’ala, membaca Al-Qur’an, engkau ditanya tentang ilmu lalu engkau jawab, dan berbicara dengan hal-hal yang bermanfaat dari urusan dunia.”
(Jami’u Al-Ulum wa Al-Hikam, hal. 134)

Samit bin Ajalan Rahimahullah berkata :
“Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau diam engkau akan selamat, maka apabila engkau berbicara berhati-hatilah, karena perkataan itu akan menjadi penolong bagimu atau bumerang bagimu.”
(Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, 135)

Abdullah bin Mu’taz Rahimahullah berkata :
“Jika amal seseroang itu sempurna, maka ia tidak akan banyak bicara.”
(Madariju As-Salikin, II/52)

Ali bin Hasan Rahimahullah berkata :
“Jangan engkau mengghibah, karena ghibah itu makanan/lauk anjing (manusia).”
(Ibnu Qudmah, Minhaj Al-Qashidin, 159)

Abu Bakar bin Ayasy Rahimahullah berkata :
“Saya melihat manfaat diam itu adalah keselamatan dan menjaganya merupakan suatu ampunan dan melihat bahaya perkataan adalah ingin menjadi terkenal dan cukuplah ia menjadi musibah baginya.”
(Siyar A’lam An-Nubala, VIII/501)

Al-Hakim Rahimahullah berkata :
“Cukuplah seseroang disebut cacat, apabila ia menyembunyikan hal-hal yang membahayakannya.”

Riya

Qatadah Rahimahullah berkata :
“Sulaiman berkata, ‘Jika kamu berbuat buruk dengan diam-diam, maka berbuatlah kebaikan dengan diam-diam pula, namun jika kamu berbuat buruk dengan terang-terangan, maka berbuatlah kebaikan dengan terang-terangan pula, sehingga diharapkan ia menjadi penebusnya’.”
(Jami’u Al-Ulum wa Al-Hikam, 164)

Abu Sulaiman Rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya orang yang merugi adalah orang yang memperlihatkan setiap amalan kebaikannya kepada manusia dan menyembunyikan amalan buruknya kepada Dzat yang lebih dekat dengan dirinya dari urat nadi (Allah Ta’ala).”
(Jami’ul Al-Ulum wa Al-Hikam, 162)

Cinta Dunia, Harta dan Kedudukan

Huzhaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu anahu berkata :
“Hendaklah kalian menjauhi sumber dari fitnah.” Ada yang bertanya, “Apa itu?” Huzhaifah menjawab, “Pintu-pintu penguasa, salah seorang diantara kalian memasuki tempat tinggal seorang penguasa, lalu dia membenarkan dirinya dengan cara dusta dan mengatakan apa yang seharusnya tidak dia katakan.”
(Minhaj Al-Qashidin, 25)

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata :
“Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi umat ini melainkan tiga hal; cinta kepada dunia dan dirham, cinta ketenaran dan mendatangi pintu-pintu penguasa.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 245)

Sa’id bin Jubair Radhiyallahu anhu berkata :
“Hanyasanya dunia adalah satu bagunan dari akhirat.”
(Tahdzib Siyar A’lam An-Nubala, I/394)

Sa’id bin Al-Musayyib Rahimahullah berkata :
“Tidak ada kebaikan pada diri seseorang yang tidak ingin mengumpulkan harta dengan cara yang halal, yang dengan harta itu dia tidak membutuhkannya dari bantuan orang lain, yang dengan harta itu dia dapat menjalin hubungan persaudaraan dan mengeluarkan sesuai dengan haknya.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 185)

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata :
“Harta pada masa kami merupakan senjata bagi kaum mu’minin.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 185)

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah berkata :
“Tidaklah seseorang yang berilmu itu bertambah dekat kepada Allah, manakala ia semakin bertambah dekat dengan dunia, melainkan ia akan bertambah jauh dari Allah.”
(Al-Adab Asy-Syar’iyyah, II/232)

Sa’id bin Amir bin Hudzaim Rahimahullah berkata :
“Dunia telah datang kepadaku, maka fitnah telah masuk ke dalam diriku.”
(Ibnul Jauzi, Shifatu Shafwah, I/665)

Wahhab bin Munabih Rahimahullah berkata :
“Bahwa Isa bin Maryam pernah berkata kepada Hawariyyin, ‘Orang yang paling tersiksa dengan musibah diantara kalian adalah yang paling cinta kepada dunia’.”
(Siyar A’lam An-Nubala, IV/551 dan Hilyatu Al-Auliya, IV/67)

Fudhail bin Iyadh Rahimhaullah berkata :
“Lima tanda penyebab penderitaan, kerasnya hati, jalangnya pandangan, sedikitnya perasaan malu, ambisi terhadap dunia dan panjang angan-angan.”
(Tahdzib Madariju As-Salikin, II/261)

Yahya bin Mu’adz Rahimahullah berkata :
“Dirham itu bagaikan kalajengking, jika engkau tidak dapat mewaspadainya, maka jangalah engkau mengambilnya, sebab jika sampai ia menyengatmu maka racunnya dapat membunuhmu.”
(Muhkatashar Minhaj Al-Qashidin, 185)

Maimun bin Mahran Rahimahullah berkata :
“Bergaul dengan para penguasa mempunyai dua bahaya, jika engkau mentaatinya, maka itu akan membahayakan diri kalian; dan jika kalian mengingkarinya, maka itu bahaya bagi diri kalian. Dan yang paling selamat adalah penguasa tidak mengenalimu.”
(Tanbihu Al-Ghafilin, 246)

Ibnu Samak Rahimahullah berkata :
“Barangsiapa yang merasakan manisnya dunia, niscaya dia akan cenderung kepadanya. Keinginannya akan terpecahkan oleh akhiratnya yang mengeringkannya dari dunia.”
(Shifatu Ash-Shafwah, III/176)

Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata :
“Tidaklah dalam dunia suatu kenikmatan yang menyerupai kenikmatan akhirat, kecuali nikmat iman dan kebaikan.”
(Majmu Fatawa, XXVII, 32)

Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata :
“Berhati-hatilah kalian dari dua golongan manusia, orang yang menuruti hawa nafsunya yang telah tertipu dengan hawa nafsunya; dan ahlu dunia yang telah ditenggelamkan oleh dunianya.”
(Iqtidha Shirathil Mustaqim, 5)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah berkata :
“Akan ada di akhir zaman ini suatu kaum amalan paling utama mereka adalah saling mencela diantara mereka, mereka dinamakan al-atyan.”
(Al-Fawaid, 149)

Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisi Rhimahullah berkata :
“Harta itu bagaikan ular yang di dalam tubuhnya terdapat racun dan obat penawarnya, obat penawarnya itu bermanfaat dan pada sengatannya ada racun. Maka barasiapa mengetahui manfaat dan sengatannya akan memungkinkan baginya mewasapai keburukannya, namun ia juga mengetahui kebaikannya.”
(Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 185)

Wanita

Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
“Sederhanakan atas wanita dalam berpakaian, sesungguhnya salah seorang dari mereka apabila memiliki banyak pakaian dan perhiasan yang bagus maka akan membuat ia senang keluar rumah.”
(Fath Al-Qadir, IV/347)

Sa’id bin Al-Musayyib Rahimahullah berkata :
“Tidaklah setan berputus asa dari menggoda manusia, melainkan ia akan menggodanya dengan wanita. Dan tidak ada dari sesuatu yang lebih aku takuti daripada wanita.”
(Shifatu Ash-Shafwah, II/80)

Disalin dari buku Kamu Al-Mukhtar, hal. 91-125

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman