Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Muhammad Yusrinal :
Mas Haykel : Pembicaraan tentang Siapa pembunuh Imam al-Husain, tdk ada sedikitpun perkataan saya, semuanya perkataan dari kitab-kitab kalian. Jadi jgn salahkan saya, salahkanlah ulama-ulama kalian.

Dalil kepemimpinan Abu Bakar dan seterusnya sebagai Khalifah, sdh dijelaskan, baca saja baik-baik dan dengan tenang, niscaya engkau akan memahaminya.

Tentang ke-mashuman para Imam. Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwasanya tidak ada yg Ma'shum keculai Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Dan kemashuman Rasulpun bukan berarti tdk pernah terjatuh di dalam kesalahan ataupun lupa. Tetapi beliau pernah di tegur oleh Allah beberapa kalai dinantaranya di dalam kisaha yg terdapa dalam Surat Abasa. Kemashuman yg dimaksud adalah dijaga dari kesalah, artinya ketika beliau keliru langsung ditegur dan dibenarkan oleh Allah.


Adapun kemashuman para Imam, saya yg tanya apa dalilnya?

Syi'ah memandang kemashumam para Imam seperti yg dijelaskan oleh al-Majlisi dalam Biharul Anwar (25/211), "Ketahuilah bahwa (Syi'ah) Imamiyah telah bersepakat atas kema'shuman para imam dari dosa, kecil ataupun besar. Mereka tidak pernah jatuh ke dalam dosa sama sekali, sengajar atau tidak, lupa atau karena tersalah dalam menakeil dan tidak pula karena dilupakan oleh Allah Subhanahu."

Padahal Ishmah seperti ini tdk terdapat pd para Nabi dan Rasul seperti yg ditunjukkan oleh Al-Qur'an, Sunnah dan ijma umat. Pemikiran ini sangat menyimpang. Bahkan pemikiran ini merupakan tasybih (penyamaan) dgn Dzat yang tdk mengantuk dan tidur yaitu Allah. Dikatakan kepada Ali Ridah -Imam kedelapan- bahwa dikufah terdapat suatu kaum yg menyangka kalau Nabi tdk pernah lupa dalam shalatnya. Jawabnya, "Mereka dustaa, semoga Allah melaknat mereka, yg tdk pernah lupa itu adalah Allah, yg tdk ada ilah yg berhak disembah kecuali Dia." Biharul Anwar, 25/350, lihat Uyuun Akhbaar ar-Ridah oleh Ibnu Babawaih hal. 326). Keterangan ini sudah cukup sebagai bukti kebathilan keyakinan tersebut.

Trus perkataan anda, mana paling benar dari 4 imam itu, saya katakan : semuanya benar dan semuanya tdk ada yg mashum. Da tingkatan keutamaan mereka di tengah-tengah umat berdasarkan urutannya, semuanya di bawah keutamaan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Kita tdk akan pernah megatakan bhw kedudukan para imam itu lebih tinggi dari kedudukan para nabi dan Rasul selama-lamanya.
Rab pukul 13:31 •

Muhammad Yusrinal :
Berikut ini beberapa contoh kekeliruan Ali :
1. Ketika ia berniat menduakan Fathimah رضى الله عنهاdalam menikah (ingin berpoligami), maka Nabi صلى الله عليه وسلمmarah atas perbuatannya itu hingga berkhutbah. Diantara perkataan beliau itu,

فَإِنَّمَا فَاطِمَةُ بِضْعِةٌ مِنِّى يَرِيْيُنِى مَا رَابَهَا وَيُؤْ ذِيْنِى مَا آذَاهَا

“Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dariku, membuatku ragu apa yang meragukannya dan menyakitiku apa yang menyakitinya.”[1]

Ini bukti bahwa kebenaran tidak berpihak kepadanya ketika melamar.

2. Ketika ia dan Fathimah didatangi Nabi صلى الله عليه وسلمpada malam hari, Beliau bersabda, “Tidakkah kalian berdua shalat?” Maka Ali berkata kepadanya, “Sesungguhnya jiwa kami ini berada di tangan Allah; jika Dia berkehendak untuk membangkitkan kami, maka Dia akan membangkitkan.” Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم beranjak seraya memukul pahanya dan berkata (FirmanNya),

وَكَانَ الإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلاً

“Dan Manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”[2]

3. Dalam perdamaian Hudaibiyah ketika Suhail ibn ‘Amr menolak untuk menulis di dalam piagam perdamaian, “Inilah perdamaian yang dibuat Muhammad Rasulullah,” lalu memintanya agar menulis, “Inilah perdamaian yang dibuat Muhammad bin Abdullah.” Sedangkan penulisnya ketika itu adalah Ali bin Abi Thalib رضى الله عنهdimana ia telah menulis kalimat yang pertama.

Perawi -al-Bara’ bin ‘Azib- berkata, “Lalu beliau -yakni Nabi صلى الله عليه وسلم- memerintahkan Ali agar menghapusnya, maka berkatalah Ali, ‘Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya.’[3] Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلمberkata, ‘Tunjukkan kepadaku, di mana letaknya.’ Lalu beliau menghapusnya. Jadi, kebenaran tidak bersama Ali رضى الله عنهketika ia menolak untuk melaksanakan perintah Nabiصلى الله عليه وسلم .

Ini adalah sebagian contoh dari kekeliruan yang dibuat Ali semasa hidup Nabiصلى الله عليه وسلم .
Rab pukul 13:35 •

Muhammad Yusrinal :
Mustofa Chepy : Dari perkataan referensi para ulama yg anda ajukan, apa ada diantara mereka yg menyatakan bahwa ayat ini merupakan nash yg pasti lagi jelas, bahwasanya Ali adalah Imam setelah Rasulullah sebagaimana yg diinginkan Allah yg telah Dia titahkan yg dengannya Al-Qur'an diturunkan? Imam dalam artian seperti yg kalian inginkan?

Sdh sering sy ingatkan, kalau memang jawabnya Ya, kenapa Allah tidak menyebutkannya secara langsung, kenapa harus menggunanakan ayat-ayat yg sifatnya memiliki adanya kemungkinan makna lain. Sekali lagi saya ingatkan, maka benalrah perkataan Imam al-Khumaini yg membuat anda kebingungan, "Sesungguhnya Nabi menahan diri dari menyinggung masalah imamah di dalam Al-Qur'an karena khawatir al-Qur'an akan mengalami penyimpangan sepeninggalnya, atau perselisihan pendapat di kalanganumat Islam akan semakin menjadi, sehinggaberpengaruh terhadap Islam." [Kasyf al-Asrar, hal. 149]
Rab pukul 13:49 •

Mustofa Chepy Habsyie :
@ Muh YUsrinal : Al HAMDULILLAH antum ada kemajuan ,krn antum telah menerima sohihnya hadis manzilah dan tidak menentang sanad dan matannya ,walau dng beberapa tafsiran Logika anda yg kacau krn anda menganggap Nabi Harun adalah Nabi sementara ,krn setelah Nabi anda menulis bahwa pengangkatan kedudukan Imam Ali spt NABI HARUN adalah temporer atau ... Lihat Selengkapnyasesaat dan stlh tugasnya selesai maka dia tidak jadi Nabi dan Imam Lagi ...jadi logikanya ALI = NABI HARUN = NABI atau IMAM TEMPORER ???????? he he he anda terlalu berani main akal akalan,hati hati bro ini Ayat dan hadis jangan sembarangan ditafsirkan sdr ,tolong pakai rujukan AHLI TAFSIR SUNNI DIATAS YG JAUH LEBIH BAIK DAN SDH DIAKUI PAKAR BAHASA DAN KEILMUANNYA ..coba baca ini :Jawaban Anda yg menampakkan kacaunya LOGIKA ANDA:
Pertama anda katakan, Nabi mengangkat Ali sebagai penggantinya atas Madinah pd perang Tabuk. Dan ini merupakan hal yang biasa dilakukan beliau Shalallahu alihi wa sallam dengan mengangkat salah seorang dari para sahabatnya sebagai penggantinya atas Madinah, akan tetapi tatkala beliau mengangkat Ali Radhiyallah anhu, kaum munafik mengejeknya. Lalu ia menemui Nabi untuk mengadukan tuduhan kaum munafik itu, lalu Nabi menghiburnya dengan hal itu (ucapan dalam hadits tsb), maka pulanglah ia.

Kedua, Beliau Shalallahu alaihi wa sallam mengumpamakannya sebagai Harun, saudara Musa, ADALAH PERGANTIAN SEMENTARA, sebab Harun adalah pengganti Musa ketika Musa pergi kpd Rabbnya pd waktu yang telah ditentukan, lalu berakhirlah masa penggantian itu sepulang Musa. Namun Harun tidak mengganti Musa setelah ia meninggal, karena ia (Harun) wafat sebelum Musa.

Ketiga, pengangkatan beliau ini telah berakhir setelah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam kembali, kemudia beliau mengutusnya setelah itu ke Yaman bersama Mu’adz dan Abu Musa al-Asy’ari. Dan Nabi pergi haji dan beliau mengangkat orang lain untuk menjadi penggantinya atas Madinah. Maka ini menunjukkan bahwa pengangkatan itu telah terputus.

saya tanya anda :

KALAU ANDA MENGAKUI NABI ADALAH WAHYU DAN AL QUR'AN YG BERJALAN DAN MENJELASKAN ....
JADI HADIS NABI TTG PERSAMAAN HARUN DAN IMAM ALI yg anda tafsirkan diatas adalah Nabi HARUN atau IMAM HARUN ATAU IMAM ALI ADLAH NABI TEMPORER ATAU SEMENTARA ??? SAYA BARU TAU KALAU ADA NABI SESAAT hanya dari mulut dan tulisan anda ????????????? tolong dijawab dulu kalau bisa .......nanti saya lanjutkan penjelasan
kesalahan logika berfikir anda dng ayat Al Qur'an dll.. sementara harun dankeluarganya diakui didalam taurat ,injil dan Al Quran sebagai Nabi dan penerus Imam kaum yahudi yg juga dikhianati spt IMAM ALI as....nanti saya jelaskan ..ttp jawab dulu SOAL NABI HARUN DAN IMAM ALI ADALAH NABI DAN IMAM TEMPORER spt ANDA TULIS DIATAS ????
Rab pukul 19:43 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
ha ha ha ha ha saya baru tau kalau ada NABI DAN IMAM CUMA BUAT BUAT CADANGAN SEMENTARA ?????
Rab pukul 19:46 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
Di kisahkan dalam Al-Quran bahwa sebelum Nabi Musa as menghadap Allah Swt di gunung Sinai, Nabi Musa as mengangkat Nabi Harun as sebagai penggantinya dan sebagai Imam bangsa israil di hadapan seluruh bani israil, Nabi Harun as menjabat sebagai Imam setelah sebelumnya menjabat sebagai Nabi. Lalu Nabi Musa as pun pergi menghadap Allah Swt untuk menerima segala perintah-Nya yang terkumpul dalam loh-loh yang kini kita kenal sebagai Torah atau Taurat.

Allah Swt berfirman dalam Al-Quran :

…………..Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun : “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan orang yang membuat kerusakan.” (Al-Ara’af 142)

Berkata Musa : “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku, teguhkanlah dia dengan kekuatan, dan jadikanlah dia sekutu dalama urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui keadaan kami.” Allah berfirman : “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.” (Thohaa 25-36)

Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan.” (Qoshosh 34-35)

Allah berfirman : “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kamu berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; berangkatlah kamu berdua dengan membawa mu’zizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang”

Dalam Alkitab Perjanjian Lama menerangkan sebagai berikut ini :

Kau kenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kau urapi dan kau kuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. Maka semuanya itu haruslah kau kenakan kepada saudaramHarun bersama-sama dengan anak-anaknya, kemudian engkau harusmensucikai, mentahbiskan dan menguduskan mereka, sehingga mereka dapat memegang jabatan imam bagi-Ku. (Keluaran 28:41)

Suruhlah suku Lewi mendekat dan menghadap imam Harun, supaya mereka melayani dia. (Bilangan 3:6)

Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka membe­rikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya. (Bilangan 17:2)

Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pe­mimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tongkat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. (Bilangan 17:6)

salah satu persamaan aspek kenabian Nabi Musa as dengan Nabi Muhammad Saw yang telah dinubuatkan dalam Alkitab, bahwa Nabi Muhammad Saw pun mengangkat saudaranya yakni Imam ‘Ali bin Abu Tholib as sebagai pengganti dan Imam pertama bagu umatnya pada peristiwa Ghadir Khum yaitu pada saat haji wada.

Apa yang diumumkan Nabi Muhammad Saw di hadapan ratusan ribusahabatnya pada hari itu kini terkenal dengan nama hadits Tsaqalain, derajat hadits ini mencapai tingkatan mutawatir karena diriwayatkan oleh lebih dari 120 sahabat. Berikut kisahnya :

Pada saat Nabi Muhammad Saw berada di Ghadir Khum, maka turunlah Surat Al-Maidah 67

“Wahai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika kamu tidak menyampaikannya, maka berarti kamu tidak menyampaikan risalah-risalah-Nya“. (Al-Maidah 67)

Setelah mendapatkan wahyu tersebut, Nabi Muhammad Saw kemudian bersabda :

“Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua pusaka berharga untuk kalian; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama berpegang pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya tidak akan terpisah hingga menjumpaiku di telaga (kelak pada Hari Kiamat).”

“Siapa yang menganggap aku sebagai maula (pemimpin) nya, maka inilah Ali maula-nya”.

Referensi Ahlulsunnah : Suyuthi, dalam tafsir “Durr Al-Mantsur”. Ar-Razi, dalam “Tafsir Ar-Razi”. Sanad : Zaid bin Arqam, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, dll. Ibn Abdul Birr, dalam “Al-Isti’ab”, jilid 3, hal. 203. Musnad Ahmad, jilid 4, hal. 281. Syaikh Manshur, dalam “At-Taj”, jilid 3, hal. 296. Ibn Katsir, dalam “Al-Bidayah Wan Nihayah”, juz 5, hal. 184-188. Sunan Tirmidzi, hadits no. 3713. Muttaqi Al-Hindi, dalam “Kanzul Ummal”, jilid 13, hadits no. 36340

Setelah menyampaikan amanatnya, lalu turunlah surat Al-Maidah ayat 3, yang isinya sebagai berikut :

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridho Islam sebagai agama kalian”

Hal ini membuktikan bahwa sempurnanya agama islam bukanlah karena ibadat Haji tersebut sebagaimana yang ditafsirkan beberapa orang, sedangkan faktanya sebelum kedatangan islam pun umat yahudi dan kaum musyrik Mekah sering berumrah dan beribadah Haji karena sudah menjadi bagian syariat agama dan kebudayaan mereka yang berasal dari moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrohim as. Justru dengan urutan turunnya Al-maidah 67, lalu ucapan Nabi Saw dan ditutup dengan turunnya Al-Maidah 3, membuktikan sempurnanya Islam dengan pengangkatan Imam ‘Ali as sebagai Imam pertama dan pengganti Nabi Muhammad Saw jika beliau Saw sudah wafat.

Hal ini juga merupakan salah satu persamaan aspek kenabian antara Nabi Muhammad Saw dengan Nabi Musa as, yaitu mengangkat salah satu saudaranya sebagai Imam dan penggantinya.

Syaikh Mannshur mengutip pernyataan Imam Syafi’i ra sebagai berikut terkait masalah hadits tersebut :

“Rasul menginginkan kepemimpinan Islam dengan pengangkatan Ali tersebut, sebagaimana firman Allah : ‘Dan Allah adalah pemimpin kaum mu’min, sementara kaum kafir tidak ada pemimpin bagi mereka’ [Q.S. Muhammad 11]”. (Syaikh Manshur, dalam “At-Taj”, jilid 3, hal. 296)

Abu Bakr ra dan Umar bin Khottob ra pun termasuk yang memberikan selamat kepada Imam ‘Ali as pada peristiwa Ghodir Khum tersebut. Umar ra berkata :

“Selamat untukmu wahai putera Abi Tholib. Kini engkau adalah pemimpinku dan pemimpin kaum mukmin dan mukminat”.

Referensi Ahlulsunnah : Ar-Rozi, dalam tafsir “Ar-Rozi”, pada Q.S. Al-Maidah 67. Muttaqi Al-Hindi, dalam “Kanzul Ummal”, jilid 13, hadits no. 36420. Musnad Ahmad, jilid 4, hal. 281. Ibn Katsir, dalam “Al-Bidayah Wan Nihayah”, jilid 3, juz 5, hal. 185. Ibn Taimiyyah, dalam “Fadhlu Ahlil Bait Wa Huququhum”, hal. 88, 90-91)

jika kita sambungkan dengan konsep Imamah terutama dengan hadits Nabi Muhammad Saw yang mengatakan :

“Tidak sukakah wahai engkau ‘Ali? Bahwa kedudukanmu disisiku bagaikan Harun disisi Musa?”

“Engkau (hai Ali) di sisiku bagaikan kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tiada Nabi setelahku.””

Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kedudukan Imam ‘Ali sama seperti kedudukan Nabi Harun as disisi Nabi Musa as. Dan sejarah pun membuktikan baik dalam Al-Quran maupun dalam Al-Kitab bahwa Nabi Harun as dan 11 keturunannya di angkat menjadi Imam suci bagi bangsa Israil setelah ia menjabat sebagai Nabi dan juga dikhianati dan tidak diikuti mayoritas yahudi.

Lalu apa hanya itu saja, apa tidak ada bukti-bukti kesamaan aspek kenabian yang lain? Ternyata Nabi Musa as pun pernah bersabda dalam Alkitab Ulangan 18:15 yang berbunyi sebagai berikut :

Musa :“Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.”

Kemudian dalam Ulangan 18:18 gantian Allah Swt yang berfirman :

“seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.”

Tentu saja kesam
Rab pukul 20:18 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
PERSAMAAN ASPEK KENABIAN MUSA DAN NABI MUHAMMAD SAW DAN PERBEDAANYA DNG LAINNYA :

aspek kenabian Nabi Musa as itu antara lain sebagai berikut :

1. Nabi, Rosul dan Imam bagi umatnya
2. Kodefikasi kitab suci Taurat yang telah selesai selama Nabi Musa as masih hidup
3. Adanya perintah bermigrasi / hijrah beserta umatnya dari penindasan Fir’aun
4. Menghadap Allah Swt secara langsung di gunung Sinai untuk menerima perintah-Nya
5. Mengangkat seorang hamba sahaya nya menjadi panglima militer sebelum wafatnya Nabi Musa as
6. Memiliki saudara yang di angkat menjadi pembantu, pengganti dan Imam pertama bagi umatnya
7. Memiliki 12 Imam yang berasal dari keluarganya, yakni 12 Imam suku Lewi yang dimana salah satunya menjadi Imam besar diantara yang lainnya
8. Penggantinya dan keturunannya disucikan untuk menjadi Imam besar bani israil
9. Kepemimpinan penggantinya di khianati oleh sebagian umatnya.(SAMIRI)

Aspek persamaanya dng kenabian Nabi Muhammad Saw :

1. Nabi, Rasul, Imam dan tuan para Nabi / Nabi penutup bagi alam semesta
2. Kodefikasi Al-Quran yang telah selesai diturunkan selagi beliau Saw masih hidup
3. Adanya perintah bermigrasi / Hijrah beserta umatnya dari kaum musryikin Mekah
4. Menghadap Allah Swt secara langsung pada peristiwa Isra Mi’raj untuk menerima perintah-Nya
5. Mengangkat mantan hamba sahayanya sebagai panglima militer sebelum wafatnya
6. Mengangkat seorang anggota keluarganya menjadi pengganti dan Imam pertama bagi umatnya
7. Memiliki 12 imam yang berasal dari keturunannya
8. Penggantinya dan keturunnannya disucikan untuk menjadi Imam besar
9. Kepemimpinan penggantinya di khianati oleh sebagian umatnya.(SAHABAT)

Jika kita bandingkan dengan aspek kenabian Isa (Yesus) as, maka akan ditemukan perbedaan sebagai berikut :

1. Nabi, Rosul dan Imam bagi umatnya
2. Kodefikasi Injil yang belum selesai diturunkan hingga wafatnya
3. Tidak ada perintah bermigrasi / hijrah dari penguasa bersama sebagian besar umatnya
4. Tidak pernah menghadap Tuhan secara langsung untuk menerima perintah-Nya
5. Tidak memiliki hamba sahaya yang diangkat menjadi panglima militer
6. Tidak memiliki keluarga yang diangkat menjadi pengganti serta Imam pertama bagi umatnya
7. Tidak memiliki 12 imam dari keluarganya, hanya memiliki 12 Imam yang bersal dari suku-suku yang berbeda. Setiap satu dari mereka dipersiapkan menjadi Imam bagi sukunya masing-masing, dalam Alkitab terkenal dengan nama 12 Apostle, sedang dalam Al-Quran terkenal dengan nama Al-Hawariyyin.
8. Tidak memiliki pengganti atau keturunan yang disucikan untuk menjadi Imam
9. Tidak memiliki saudara yang diangkat menjadi pemimpin kemudian kepemimpinan saudaranya dikhianati
Rab pukul 20:23 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
ABUBAKAR DIPERSAUDARAKAN OLEH ROSUL DNG PASANGANNYA YG PASS YAITU UMAR DAN ROSULULLAH DNG IMAM ALI PASANGANNYA ..jadi sesuai dng HARUN YG ADALAH JUGA SAUDARA DAN SEPUPU MUSA as
Rab pukul 20:42 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
ABUBAKAR DAN UMAR SERING DITARUH DIBAWAH KOMANDO PIMPINAN SAHABAT LAIN SPT USAMAH YG BARU BERUMUR 17 th..COBA SAYA MINTA TOLONG CARIKAN SATU SAJA IMAM ALI PERNAH JADI MAKMUM DIBAWAH SIAPA ???????
Rab pukul 20:48 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
dari Akhi Abu Thalib Al Muhdar :Terima kasih atas e-mail antum menayakan dalil dari "KEMAKSUMAN" dan "KEIMAMAHAN" para Dua Belas Imam yang kesemuanya Bani Zahra. Sepengetahuan ana yang sangat terbatas ini, tidak ada dalil dari Al-Qur'an yang lebih kuat dari pada ayat, yang mana Allah swt menyuruh para kaum mukmin, untuk taat kepada Allah swt, Al-Rasul saaw, dan Ulil Amr: "Ya ayyuhal ladziina aamanuu athii'ullaaha war rasuula wa ulil amri minkum." (Surat An-Nisaa ayat 59). Kalau kita perhatikan ayat diatas, bahwa Allah swt memerintahkan kaum mukminin untuk taat kepada tiga figur dimaksud tanpa adanya "batasan" diantara ketiganya. (on the same breath--Allah tidak berkata taatlah kepada Allah, lalu kepada Al-Rasul, lalu kepada Ulil amr--the heirarchy is totally abandoned in this special case). Lalu seseorang bertanya siapakah ULIL AMR yang mempunyai kedudukan sedemikian tinggi sehingga Allah pun menyuruh para mukminin untuk taat kepada "mereka" setelah Allah dan RasulNya ???. Apakah mereka itu para penguasa2 seperti yang selalu kita dengar kalau orang menafsirkan ayat ini???. Kapan dan dimanakah pernah ada pemerintahan yang 'memakai' bendera Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an -- selain slight interruption, di zaman kekhalifahan Imam Ali as -- dari ratusan tahun semenjak wafatNya Al-Rasul saaw yang tidak pernah, baik khalifah2nya maupun penguasa2 lainnya, melanggar, one way or another, didalam penegakan hukum2 Allah, Khalifah2 atau penguasa2 ini, tidak pernah melanggar perintah Allah swt ?? Apakah mereka2 inilah (khalifah2 dan penguasa2 tadi) yang Allah swt perintahkan kaum mukminin untuk taat didalam ayat tadi??? kalau kita menjawab "tidak", lalu siapakah mereka ???? Jawabannya adalah siapa lagi kalau mereka itu bukan yang telah disebutkan oleh Al-Rasul didalam Al-Bukhari dan Muslim dengan sabda Beliau: "Al aimmah min ba'dii itsnaa'asyar ka nugabaa Bani Israiil." It goes without saying that Allah tidak akan menyuruh para kaum mukminin taat kecuali kepada orang2 pilihan dan istimewa yang oleh Allah swt dijaga dari dosa yang diperbuat oleh manusia2 biasa seperti kita2 ini. Dan bukankah ini yang dinamakan Ma'suum ????.
Rab pukul 20:53 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
@ MY : Anda katakan selain Nabi Muhammad tidak ada yg maksum ( suci dan paasti benar )...Pertanyaan saya :

1.Hadis sebagai penjelas perintah ALLAH dalam Al Qur,an belum ada dan belum terkumpul bahkan sebagiaan riwayat saat kekuasaanKhalifah Abubakar dan periode Umar penulisan hadis dilarang bahkan mrk membakarnya,dng alasan dusta takut bercampur dng al Qur'an ,baru setelah lebih kurang 2 abad hadis 2 terkumpul ,bahkan ilmu ttg penelitian hadis jauh lagi baru muncul dan bisa dipelajari orang....PERTANYAAN SAYA ;1..DNG APA SELAMA 200 TH ITU AJARAN ISLAM DAN AL QUR'AN YG MAKSUM BISA DIJELASKAN KALAU TIDAK ADA AHLUL BAIT YG MAKSUM ????

2.KEPADA SIAPA ORG YAHUDI DAN NASRANI,DAN ZOROASTER YG SDH LEBIH MAJU PERADABANNYA BISA MENDAPATKAN KEBENARAN DAN PENJELASAN YG PASTI BILA MRK BERTANYA WAKTU ITU ????BUKANKAH MRK WAJIB HARUS MEYAKINI DAN MEMELUK AGAMA YG DIBAWA NABI SAW INI KRN KALAU TIDAK MRK DISEBUT ORG KAFIR??? 3.TANPA MEMILIKI ORG ATAU IMAM SUCI ,APAKAH JAWABAN ABUBAKAR DAN UMAR KPD AHLI AHLI NASRANI DAN YAHUDI YG BERTANYA TTG DALIL KEPASTIAN KEBENARAN ISLAM YG BISA DIBUKTIKAN, SEMENTARA MRK TIDAK MEMILIKI OTORITAS JAMINAN HAKIKI KEBENARAN DAN KESUCIAN ..4APAKAH MRKYG BISA MENJELASKAN KEBENARAN AL QUR'AN ,TAURAT,DAN INJIL,SECARA BENAR SESUAI KEHENDAK ALLAH DAN SUNNAHNABINYA???
Kam pukul 5:33 • Laporkan

Hang Malaka Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad
Kam pukul 6:53 • Laporkan

Muhammad Yusrinal :
Akal yg pendek dan pemahaman yg dangkal yg tidak pantas dimiliki bagi penganut madzhab yg senantiasa mengandalkan akal dan logika. Anda benar-benar salah atau kurang memahami dari apa yg telah disampaikan di atas, kemudian dari kekurang pahaman anda itu kemudian anda menyerang saya. Siapa yg bermaksud menetapkan adanya Nabi temporer atau malah mengingkari kenabian Harun? Tidak heran anda salah paham dari apa yg telah disampaikan di atas disebabkan karena rusaknya manhaj anda. Anda dan orang-orang seperti anda benar-benar berusaha menggunakan hadits al-Manzilah ini untuk membenarkan madzhab anda yg rusak itu, sehingga dari hadits tersebut anda mau menyamakan Ali seperti Harun dalam segala hal. Cukuplah untuk poin pertama saja, bahwasanya Ali dan Harun dalam kedudukannya di sisi Allah tidak akan mungkin sama, kecuali jika anda berkeyakinan bahwa kedudukan Imam-Imam Syi’ah itu sama dengan kedudukan para Nabi. Tapi yg nampaknya memang seperti itu, bahwasanya kedudukan imam yg kalian klaim itu sama atau setingkat dengan kedudukan para Nabi atau bahkan lebih tinggi lagi. Mana mungkin sama orang yg mendapatkan wahyu dengan orang yg tidak mendapatkan wahyu. Saya tidak mengetahui kalau ada ulama yg berpendapat seperti itu kecuali ahli bid’ah.

Saya jelaskan : Nabi Harun sebelum keberangkatan Nabi Musa, beliau sudah menjadi seorang Nabi dan yg mengangkatnya adalah Allah bukan Musa. Beliau diangkat untuk membantu Musa dalam berbicara kpd manusia atas permintaan Nabi Musa kepada Allah karena Nabi Musa adalah seorang yg gagap dalam berbicara. Jadi di tengah-tengah Bani Israil terdapat 2 orang Nabi, Pertama, Nabi Musa yg memimpin Bani Israil untuk memperbaiki mereka untuk kembali kepada Allah, dan yg kedua adalah Nabi Harun sebagai orang yg membantu Nabi Musa. Ketika Nabi Musa berangkat untuk bertemu dgn Rabbnya, maka tugasnya dalam memimpin Bani Israil dia amanahkan kepada Nabi Harun, dan berpesan agar Nabi Harun melakukan Ishlah dan jangan membuat kerusakan. Setelah beliau pulang, tugas untuk memimpin Bani Israil diambil kembali dari Nabi Harun dan Nabi Harun kembali menjadi orang yang membantu Nabi Musa, dan kenabian Harun tetap masih ada karena Nabi Musa memberikan amanat kepada Harun, bukan dalam artian memberikan atau mengangkatnya sebagai Nabi karena Harun sudah merupakan seorang Nabi. Jadi tidak ada yg menganggap ada Nabi temporer. Apalagi sampai mengingkari kenabian Harun alaihis salam.

Adapun untuk kasus Ali, maka poin pertamanya adalah : Apakah Ali sudah menjadi Imam atau belum sebagaimana Harun ketika sebelum perkataan itu keluar atau sebelum kejadian penugasan itu? Katakanlah belum. Berarti pada saat itu Rasul kemudian mengangkatnya menjadi Imam. Dan apakah Imam ini adalah merupakan Imam yg dimaksudkan oleh kaum Syi’ah? Yakni Imam yang harus diikuti setelah Rasul yg dengannya Al-Qur’an diturunkan? Dari yg saya tangkap melalui penjelasan anda di atas, maka jawabnya “Ya”. Berarti kita katakan, bahwa hari itu Ali merupakan Imam bagi manusia dan Imam ini sifatnya bukan sementara, tetapi tetap dan terus menerus. Berarti mulai hari itu di tengah-tengah umat terdapat seorang Rasul dan seorang Imam? Bukankah begitu? Kalau begitu, maka sudah tentu posisi Imam itu harus berfungsi. Karena kalau tidak, maka tidak mungkin Imam itu hanya sekedar pajangan di tengah-tengah umat. Dan apakah memang berjalan fungsi imam tersebut? Nampaknya tidak, karena Rasul tidak menunjuknya menjadi Imam Shalat untuk mengimami manusia ketika beliau sakit. Tetapi justru menunjuk Abu Bakar. Jadi, apa yg diinginkan oleh kaum Syi’ah dari hadits ini tentang penetapan ke-Imamah-an untuk Ali menurut versi mereka perlu dipertanyakan. Atau kita katakan saja bahwa klaim tersebut adalah klaim yg tdk terbukti, atau klaim yg batil.
Kemarin jam 5:00 •

Muhammad Yusrinal :
Yg kedua, perlu diperhatikan asbabul wurud dari hadits ini, kenapa bisa keluar hadits ini dari lisan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam? dan jawabnya jelas, yaitu ketika beliau Radhiyallahu anhu mendapat penugasan dari Rasul maka dia mendapatkan sesuatu yg tidak menyenangkan dari munafiqin dan kafirin, dan dikarenakan beliapun sangat ingin untuk ikut berperang, kemudian menghadap Nabi Shalallahu alaihi wa sallam, maka keluarlah hadits ini. Artinya, kalau sekiranya beliau Rahiyallahu anhu tdk mendapatkan gangguan dan tidak mengadukannya kepada Rasul, maka hadits ini tdk keluar. Berarti penugasan beliau di kota Madinah bukanlah merupakan bentuk pengangkatan ke-Imamah-an seperti yg diinginkan oleh kaum Syi’ah, tetapi penugasan seperti yg didapatkan oleh sebagian sahabat-sahabat yg lain yg diangkat oleh Rasul ketika Rasul hendak pergi meninggalkan kota Madinah. Berikut ini beberapa rincian dari sebagian sahabat yang mendapat penugasan di kota Madinah sebagaimana Ali ketika Nabi hendak meninggalkan Madinah:
1. Peristiwa Perang Badr Kubra. Rasul mengangkat Ibnu Ummi maktum menjadi wakil beliau di Madinah. Namun setibanya di Ar-Rauha’, pengangkatan Ibnu Ummi Maktum sebagai wakil yg menggantikan kedudukan beliau di Madinah ini disanggah Abu Lubabah bin Abdul Mundzir. Maka kemudian beliau mengganti Ibnu Ummi Maktum dengan Abu Lubabah.

2. Perang Bani Qunaiqa’. Rasulullah mengangkat wakil beliau untuk Madinah adalah Abu Lubabah bin Abdul Mundzir

3. Perang Uhud. Kota Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum, terutama mengimami shalat bersama orang-orang yg masih berada di Madinah. Namun kemudian dia juga diperbolehkan untuk ikut serta.

4. Perang Bani Nadhir. Beliau menunjuk Ibnu Ummi Maktum untuk kota Madinah.

5. Perang Badr yang kedua. Beliau mewakilkan Abdullah bin Rawahah untuk Madinah.

6. Perang Ahzab. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum.

7. Perang Bani Quraizhah. Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum.

8. Perang Bani Lahyan. Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum.

9. Perang Khaibar. Yang diangkat sebagai wakil beliau di Madinah adalah Siba’ bin Arfuthah al-Ghifary.

10. Perang Dzatur-Riqa’. Madinah diwakilkan kepada Abu Dzarr atau Utsman bin Affan.

11. Fathu Makkah. Madinah diwakilkan kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.

12. Perang Tabuk. Nabi Shalallahu alaihi wa sallam menunjuk Muhammad bin Maslamah Al-Anshary, atau menurut pendapat yg lain adalah Siba’ bin Urfuthah sebagai wakil beliau di Madinah. Untuk menjaga keluarga yang ditinggalkan, beliau mewakilkannya kepada Ali bin Abi Thalib dan menyuruhnya agar tinggal bersama mereka mengamat-amati orang-orang munafik. Karena didorong keinginan beliau untuk ikut berperang, beliau menyusul Nabi. Tapi beliau Shalallahu alaihi wa sallam menyuruhnya agar kembali lagi ke Madinah, sambil bersabda, “Apakah engkau tidak ridha jika engkau di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa? Hanya saja tidak ada Nabi sesudahku.”
[Ar-Rahqul Makhtum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalis-Shalati Was-Salam, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury]

Jadi, kesimpulan dari kesamaan Ali seperti Harun di sisi Musa adalah sama-sama orang yg mendapatkan tugas untuk memimpin dan mengurus kaumnya ketika Rasul hendak meninggalkan mereka, dan apabila Rasul kembali maka mereka yg ditugaskan itu kembali kepada kedudukannya semula sebelum penugasan tersebut. Yaitu, Nabi Harun kembali menjadi seorang Nabi yg membantu Nabi Musa, dan Ali kembali menjadi rakyat biasa bagi penduduk Madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Dan kita tidak menafikan masih ada kesamaan lainnya, diantaranya adalah seperti kedekatan kekerabatan. Tetapi, jika mau disamakan dalam segala aspek, apalagi sampai mau menetapkan ke-Imamah-an Ali setelah Rasul, maka tidak mungkin. Karena pewaris Musa dalam memimpin Bani Israil bukanlah Harun tetapi Yusya bin Nun, karena Harun lebih dahulu wafat dibanding Musa.
Kemarin jam 5:08 •

Muhammad Yusrinal :
Menggugat klaim keimamahan Syi’ah :

1. Kalau Keimamahan ini merupakan ketetapan yg pasti yg telah dititahkan oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yg dapat menghalanginya atau mampu merampas dari orang yg telah dipilih oleh Allah untuk menjadi imam sebagaimana halnya kenabian tdk akan mungkin dirampas, apalagi hal itu datangnya dari orang-orang kafir menurut persangkaan kalian. Karena Allah telah berfirman, “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasulKu pasti menang.’ Sungguh Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Mujadilah : 21)

2. Bukankah Keimamahan Ali telah ditetapkan oleh Rasulullah di hadapan para sahabat berdasarkan beberapa riwayat yg kalian jadikan sebagai pegangan? diantaranya hadits al-Manzilah dan hadits Ghadir Khum. Maka kita tidak yakin bahwasanya Abu Bakar akan menyelisihi apa yg telah ditetapkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Tengoklah sebuah kisah pengiriman pasukan Usamah bin Zaid yg dilakukan oleh Rasulullah pada waktu mendekati hari kematian beliau. Ketika pasukan ini tiba di al-Jurf, sejauh satu farsahk dari Madinah, mereka menjadi ogah-ogahan untuk melanjutkan perjalanan disebabkan kabar tentang sakitnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Akhirnya merekapun tidak melanjutkan perjalannya sampai Rasulullah wafat. Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, maka pasukan Usamah ini dikirim kembali oleh Abu Bakar dan ini adalah satuan pasukan yang pertama pada kekhalifahannya, tetapi bahkan beliau Radhiyallahu anhu mendapatkan banyak penentangan dari para sahabat, dengan alasan bahwasanya kondisi pemerintahan negara dalam keadaan tidak aman. Pemurtadan terjadi di sekitar kota Madinah, mana mungkin mau mengutus pasukan ke Romawi. Tetapi beliau tetap bersikukuh untuk mengirim pasukan tersebut dan berkata, “Tidak akan saya hentikan sebuah pasukan yang telah dikirim oleh Rasulullah sekalipun keluarga beliau (di kota Madinah) dikelilingi Serigala.” Itulah Abu Bakar Ash-Shiddiq yg tdk berani menyelisihi Sahabatnya. Bahkan beliau pernah berkata, “Apapun yg dilakukan oleh Rasulullah, maka sayapun melakukannya, karena saya khawatir ketika saya menyelisihinya, saya akan binasa.” Jadi, menurut anda, mana yg lebih utama untuk tidak diselisihi; pengiriman sebuah pasukan yg pernah dikirim oleh Rasul ataukah penetapan keimamahan Ali yg kedudukannya serupa dengan Nabi. Tentu kita katakan penetapan keimamahan jauh lebih utama untuk tidak diselisihi dari pada pengiriman pasukan Usamah. Kalau pengiriman pasukan yg pernah dikirim oleh Rasul saja takut diselisihi oleh Abu Bakar, maka mana mungkin dia berani menyelisihi sebuah perkara yg lebih besar lagi dari itu. Jadi klaim keimamahan Ali setelah Rasul adalah klaim yg sangat lemah, selemah sarang laba-laba. (Untuk pengiriman pasukan Usamah, lihat Shahih Bukhari, Bab Ba’tsu Usamah, 2/612)

3. Pernah dikatakan kepada al-Hasan bin al-Hasan bin Ali, ‘Bukankah Rasulullah pernah berkata kepada Ali, ‘Barangsiapa yang aku menjadi maulanya, maka Ali adalah maulanya juga’.” Ia berkata, “Sungguh, demi Allah! Andaikata yang dimaksud itu adalah jabatan dan kekuasaan, maka pastilah Nabi mengungkapkan kepada kamu dengan jelas sebagaimana beliau mengungkapkan tentang masalah shalat, zakat, puasa dan haji dengan jelas dan andaikata masalahnya seperti yang kamu katakan, sungguh ia (Ali) telah menjadi orang yang paling besar kesalahan dan dosanya, sebab ia telah meninggalkan apa yg telah diperintahkan Rasulullah Shalallahualaihi wa sallam kepadanya.” (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 5/235 dengan perantaraan buku at-Tasyayyu’ Baina Mafhum al-A’Immah wa al-Mahfum al-Farisi, hal. 151)
Kemarin jam 5:09 •

Muhammad Yusrinal :
4. Sebuah pertanyaan besar seputar kasus tanah Fadak yg menimpa Fathimah. Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Fathimah Radhiyallahu anha menuntut bagian warisannya dan marah karenanya padahal hanya masalah duniawi dan hal itu juga diriwayatkan darinya, namun tidak marah karena masalah agama yang lebih besar dari sekedar harta yang pasti musnah, yg telah diterlantarkan menurut versi kalian yakni Imamah, bahkan ia malah tidak berbicara tentangnya sama sekali? Dan bahkan dia rela mengorbankan dirinya demi harta dunia yg sedikit. Apakah seperti itu hasil didikan yg tumbuh dibawah naungan nubuwah? lebih mengutamakan dunia daripada tegaknya agama? Maka apakah kalian tidak memikirkannya?

5. Kalau sekiranya keimamahan ini telah ditetapkan bagi Ahlul Bait, lantas kenapa Al-Hasan menyerahkannya begitu saja kepada musuh Allah menurut persangkaan kalian? Ketika Allah telah menetapkannya untuk mengemban tugas keimamahan, kemudian beliau menyerahkannya kepada Mu’awiyah yg kafir dalam pandangan kalian, maka sungguh, berarti beliau telah melakukan sebuah kekufuran yg nyata. Enggan menerima tugas dari Allah dan malah melimpahkannya kepada musuh Allah dan RasulNya menurut meyakinan kalian. Apakah ini bisa diterima? Kalau tidak, berarti al-Hasan memahami bahwasanya keimamahan itu tidak harus dari ahlul Bait. Dan jangan anda mengatakan ini taqiyyah. Apa bisa kita terima taqiyyah semacam itu? sampai harus melimpahkan keimamahan kepada musuh yg kemudian diwarisinya secara terus menerus dan tidak pernah kembali lagi ke pangkuan ahlul bait?

6. Untuk hadits al-Itsna Asyar (12 khalifah) memiliki sejumlah lafazh, tidak satupun cocok dengan para Imam Syi’ah Imamiyah. Diantara lafazhnya, “Akan ada 12 menjadi amir, semuanya berasal dari Quraisy.” Diantaranya, “Islam masih tetap kuat (mulia) hingga (kekuasaan) 12 khalifah.” Diantaranya, “Agama ini masih kuat dan tangguh hingga (kekuasaan) 12 khalifah.” Jadi, lafazh mana dari lafazh-lafazh tersebut yang sesuai dengan kedua belas imam Syi’ah yg tidak pernah menjadi amir, selain Ali dan al-Hasan itu? Selain itu, hadits tersebut menyiratkan kepada kemuliaan agama ini dan ketangguhannya, dan hal itu merupakan sinyal akan kekuatan agama ini, sedangkan kalian mengklaim bahwa paruh kedua dari abad pertama adalah seburuk-buruk abad!! Dan hadits di atas berkata, “Agama senantiasa mulia”, ingatlah!!

7. Dan telah nyata beberapa hadits shahih yg menujukkan sikap Ali atas kesetujuan dan keridhaan beliau terhadap kepemimpinan Abu Bakar Radhiyallahu anhu setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Dan diantaranya sudah kita sebutkan di atas.

8. Untuk Hadits Ghadir Khum, maka hadits ini semisal dengan hadits al-Manzilah. Yakni perlu dicermati asbabul wurudnya. Artinya hadits ini keluar dengan sebab sebuah keadaan yg menyakiti perasaan Ali. Maka ketika kabar itu sampai kepada Rasul, maka keluarlah hadits ini. Artinya jika, mereka tidak sampai menyakiti perasaan Ali maka hadits itu tidak akan pernah terucap dari lisan Rasulullah dan kitapun tidak akan pernah tahu tentang pemberitaan keimamahan Ali Radhiyallahu anhu dari Rasul.
Kemarin jam 5:09 •

Muhammad Yusrinal :
Anda berkata, COBA SAYA MINTA TOLONG CARIKAN SATU SAJA IMAM ALI PERNAH JADI MAKMUM DIBAWAH SIAPA ???????

Di dalam shalat, di belakang Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu. Bukankah Sudah saya sampaikan perkataan Abul Izzi al-Hanafi di atas bahwasanya Abu Bakar memimpin manusia untuk shalat selama Rasulullah sakit? kurang lebih 17 shalat.

Di dalam perang. Pada saat Perang Mu’tah. Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan. Beliau bersabda, “Apabila Zaid gugur, penggantinya adalah Ja’far. Apabila Ja’far gugur, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.” Bendera berwarna putih diserahkan kepada Zaid bin Haritsah.

Dalil yang anda gunakan untuk melegalkan Aqidah kemakshuman para Imam yaitu QS. An-Nisa : 59. dan anda mengatakan bahwasanya tidak ada dalil yg lebih kuat selain daripada ayat ini.

Sebelumnya, saya ingin mengajak anda merenungi sejenak ayat ini. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil Amri diantara kalian.” (QS. An-Nisa : 59)
Perhatikan pada kata-kata ‘taat’. Kata ‘taat’ ini bergandengan dengan kata Allah dan kata Rasul, tetapi pada kata ulil amri Allah tidak menggandengkannya dengan kata ‘taat’. apa anda tahu maksudnya?

Di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir disebutkan : Berkaitan dengan firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil Amri diantara kalian.” al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Ayat ini diturunkan sehubungan dengan Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi tatkala ia diutus oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dalam suatu pasukan.” Demikian pula menurut riwayat Jama’ah, kecuali Ibnu Majah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengutus suatu pasukan yang dipimpin oleh seorang Anshar. Setelah mereka berangkat, sipemimpin mendapat masalah untuk mengatasi mereka.” Ali berkata, “Maka sipemimpin itu berkata kepada mereka, ‘Bukankah Rasulullah telah menyuruh kalian agar menaati aku?’ Mereka mengiyakannya. Sipemimpin berkata, ‘Ambilkan aku kayu bakar.’ Kemudian si pemimpin meminta api dan menyalakan kayu bakar, lalu berkata, ‘Aku menginstruksikan kepada kalian agar masuk ke dalam api itu’.” Ali berkata, “Ada seorang pemuda berkata kepada yg lain, ‘Sungguh, Kamu harus berlari dari api itu dan menghadap Rasulullah. Janganlah kamu tergesa-gesa memutuskan sebelum kamu bertemu dengan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Jika beliau menyuruhmu untuk memasuki api, maka masukilah’.” Ali berkata, “Maka merekapun kembali kepada Rasulullah seraya memberitahukan kejadian itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Apabila kalian memasukinya, niscaya kalian tidak akan pernah dapat keluar lagi untuk selamanya. Sesungguhnya ketaatan itu hanya menyangkut kema’rufan’.” Hadits itu dikemukakan dalam Shahihain dari hadits al-A’masy.

Dari Abdullah bin Umar, Dari Rasulullah, beliau bersabda, “Seorang muslim wajib mendengar dan taat kepada penguasa terhadap segala sesuatu yang dia sukai maupun tidak dia sukai selama tidak diperintah untuk bermaksiat. Jika diperintah untuk bermaksiat, maka tiada lagi mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 2955, 7144 dan Muslim no. 1839)

Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dengarlah dan taatlah kepada penguasa meskipun kamu diperintah oleh budak Habsyi yang rambutnya bagaikan kismis.” (HR. Bukhari no. 693, 696, 7142 dan Ibnu Majah no. 2860).

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kamu akan dipimpin oleh beberapa pemimpin sepeninggalku. Kamu akan dipimpin oleh orang bajik dengan kebajikannya dan oleh orang bejat dengan kebejatannya. Dengar dan taatilah segala perkara yang sesuai dengan kebenaran. Shalatlah di belakang mereka. Jika mereka baik, maka kebaikannya bagimu dan bagi mereka. Jika mereka buruk, maka kebaikannya untuk kamu dan keburukannya bagi mereka.”

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melihat pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya, jangan ia melawan. Karena tidak ada seorangpun yang memisahkan diri dari jama’ah walaupun hanya sejengkal, kemudian dia mati karena melawan, maka matinya itu tiada lain secara jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1849)

Firman Allah, “Dan kepada ulil amri diantara kamu.” Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulil amri ialah para pemimpin dan ada pula yang mengatakan bahwa mereka adalah para ulama. Yang jelas, dan Allah lebih mengetahui, ayat ini mencakup setiap ulil amri, baik dari kalangan ulama maupun umara. Dalam hadits shahih Yang disepakati keshahihannya yang diterima dari Abu Hurairah, Dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Barang siapa yang menaatiku, maka dia menaati Allah. Barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dia mendurhakai Allah. Barangsiapa yang menaati amirku, berarti dia manaati aku. Barangsiapa yang mendurhakai amirku, berarti dia mendurhakai aku.” (HR. Bukhari no. 2957, 7137 dan Muslim no. 1835).

Pernyataan ini merupakan perintah menaati ulama dan umara. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Taatlah kepada Allah,” yakni ikutilah kitabNya, “dan taatlah kepada rasul,” yakni berpegang teguhlah sunnahnya, “dan kepada ulil amri diantara kamu,” yakni terhadap ketaatan yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan ketaatan terhadap kemaksiatan terhadapNya, sebab tiada ketaatan bagi makhluk yang merupaka kemaksiatan kepada Khlaiq, sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits tadi, karena ketaatan itu hanyalah pada perkara kema’rufan. (Tafsir Ibnu Katsir)

Jadi, klaim anda untuk menjadikan ayat ini sebagai dalil kemakshuman para Imam adalah tidak tepat sama sekali. Berarti setelah ayat ini, maka tidak ada lagi dalil bagi anda untuk melegalkan aqidah kemakshuman para imam.
Kemarin jam 5:10 •

Muhammad Yusrinal :
1. Hadits itu tidak dicatat tetapi dihafal. Jadi, mereka menjelaskan agama ini dengan ilmu berupa hadits-hadits yg mereka hafalkan dari Rasul, bahkan untuk generasi tabi’in dan tabi’ut tabi’in dan setelah mereka lagi, mereka tdk hanya menghafalkan matan haditsnya tetapi dengan sanadnya yang bersambung kepada Rasul.

2. Saya tidak tahu kalau di zaman Abu Bakar itu mereka membakar hadits-hadits dengan alasan takut bercampur dengan Al-Qur’an, setahu saya hanya di zaman Rasulullah, karena pada zaman itu adalah merupakan zaman turunnya wahyu. Adapun klaim tidak ditulisnya hadits secara mutlak di zaman Rasulullah adalah klaim yg tdk benar. Karena ada beberapa riwayat yg menjelaskan tentang penulisan hadits. Diantaranya adalah Abdullah bin Amr bin al-Ash. Beliau ini sering menulis hadits dari Rasul, sehingga suatu saat beliau pernah berjumpa dgn org Yahudi kemudian siyahudi itu berkata kepadanya, “apakah kamu menulis semua yg dikatakan nabi kalian padahal dia terkadang berbicara dalam keadaan ridha dan terkadang pula dalam keadaan marah?” Maka Abdullah menyampaikannya kepada Rasul, dan Rasulpun bersabda, “Tulis! Tidak keluar darinya (sambil menunjuk ke mulutnya) selain kebenaran.”

Dan ada juga seorang sahabat yg mengingatkan, kenapa dia lebih banyak koleksi haditsnya dari yg lain, diapun menjelaskan bahwasanya karena dia menulis sedangkan yg lainnya tidak.

3. Kemudian anda tahu kenapa ilmu penelitian hadits itu muncul? Karena banyaknya para pendusta dan ahli bid’ah muncul di tengah-tengah umat. Seorang ulama tabi’in pernah mengatakan, Bahwasanya dahulu mereka mengambil hadits kepada siapa saja. Tetapi ketika terbunuhnya Utsman, maka dalam mengambil hadits mereka meminta disebutkan sanadnya. Jika datangnya dari ahlul bid’ah maka mereka tolak.”

4. Agama yg tidak lewat ahlul bait tdk dijamin, karena mereka bukan orang yang suci atau maksum. Kalau begitu harus lewat ahlul bait. Saya tanya, apakah Agama ini disampaikan oleh ahlul bait (imam-imam suci) tersebut kpd manusia seluruhnya, ataukah imam-imam itu mengutus utusan untuk berdakwah? jawabnya, tidak mungkin imam-imam itu mendatangi atau menjelajahi seluruh bumi dimana manusia ada di sana. Tentu ia mengutus utusan, atau ada seseorang yg mengambil ilmu tersebut kepada mereka kemudian disampaikannya lagi kepada yg lain. Jadi pertanyaannya, apa bedanya orang yg diutus imam-imam itu dengan orang yg di utus oleh rasul? Apakah utusan imam-imam itu makshum? Jawabnya tentu tidak, karena tdk ada yg makshum kecuali mereka. Tetapi, seharusnya yg diutus itu adalah orang makshum. Bukankah begitu? Sekarang tdk ada imam suci di tengah-tengah kalian, lantas dengan apa kalian beragama?
Kemarin jam 6:41 •

Mustofa Chepy Habsyie :
Anda bilang hadis dihafal ????yg hafal ada jaminan pasti benar hafalannya dari ALLAH ???atau mungkin benar mungkin salah ?????ANDA JAMIN HAFALAN ORG SELAMA RATUSAN TAHUN ?????sekarang coba anda bicara satu hadis dan suruh org yg mendengarkanya beberapa org menyebutkan hadis itu kembali?????? pasti beda beda sesuai otak ,intelgensi dan kadar emosionalnya ???? BAGAIMANA ORG YAHUDI DAN KRISTEN WAJIB IKUT KEBENARAN AGAMA YG RAPUH SEPERTI INI DASAR PIJAKANNYA >>>ok ana lagi males SEKARANG PIKIR DAN KIKIR AJA SENDIRI >>salam....mengenai hadis dibakar lihat saja kutubus 6 rujukan ahlussunah.....banyak disebut hal itu..
Kemarin jam 6:53 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
AL QUR'AN BUKAN HAFALAN TTP KAJIAN DAN HARUS DITAFSIRKAN serta FAHAM KITAB AGAMA LAIN ,UTK BISA JELASKAN ....PANTAS SHOLATNYA BEDA BEDA ..witir ada yg 3 ,ada yg 1, taraweh ada 36,ada yg 8,ada yg 23 ....saya mau karang aaahhhhh yg satu 125...he he he ...ORG KRISTEN JUGA PIKIR NABINYA BANYAKKKK
Kemarin jam 6:59 • Laporkan

Joko Kendil :
Allahumma Shalli Ala Muhammad wa Ali Muhammad wa ajjil faraja Ali Muhammad
10 jam yang lalu • Laporkan

Muhammad Yusrinal :
Pertaman, Peryataan anda menunjukkan bahwasanya para ulama kalian tidak ada para penghafal. Kasihan banget, ulama kok tdk punya hafalan. Padahal diantara krtiteria ulama itu, paling tidak mereka memiliki hafalan hadits paling kurang 150.000 hadits lengkap dengan sanad-sanadnya.

Kedua, Saya tanya : Apakah hadits-hadits di dalam kitab kalian, semua mata rantai sanadnya termasuk dari kalangan ahlul bait atau bukan? kalau "ya", tunjukkan kepadaku, dan kalau "bukan", apakah kalian tetap menerima seorang perawi yang riwayatkan dari ahlul bait yg mereka itu tdk dijamin kesuciannya? Al-Kulaini imam suci atau bukan? Kalau bukan, kenapa kalian percaya dengan apa yg dikatakannya? bukankah dia tdk dijamin kesuciannya?

Ketiga, Sekarang saya mau belajar agama dan saya hanya mau mengambil agama dari imam-imam suci, dan saya tidak mau mengambil dari selain mereka termasuk kepada anda, karena mereka dan anda tdk dijamin kesucian dan kebenarannya. lantas, ke mana sekarang saya harus mengambil agama? sebelas Imam telah mati dan tinggal satu yg masih ada menurut persangkaan kalian, dan dia tdk hadir di tengah-tengah kita. Bagaimana ini? Jawablah hey Syi’i!!

Keempat, Kalau ada waktu akan saya tunjukkan kepada anda bukti-bukti bahwasanya riwayat-riwayat Syi'ah berpijak kepada orang-orang yg tidak diketahui identitasnya.

Kelima, Perkataan anda, PANTAS SHOLATNYA BEDA BEDA ..witir ada yg 3 ,ada yg 1, taraweh ada 36,ada yg 8,ada yg 23 ....saya mau karang aaahhhhh yg satu 125...he he he ...ORG KRISTEN JUGA PIKIR NABINYA BANYAKKKK

Saya katakan, anda memang benar-benar awwam dalam masalah agama. Saya sarankan supaya anda belajar hadits dulu, kemudian baru bicara. Imam Bukhari berkata di dalam kitab Shahihnya, “Bab, berilmu sebelum berkata dan berbuat.” Imam Syafi’i berkata, “kalau bukan karena kelancangan orang-orang bodoh, niscaya agama ini tidaklah rusak.”
7 jam yang lalu •

Sampai di sini diskusi kami dengannya, setelah itu dia tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Saya merasa dia sudah kehabisan hujjah. Beberapa pernyataan dari saya seperti poin yang saya beri judul "Menggugat Klaim Keimamahan Syi'ah" tidak dia bantah sedikitpun, demikian pula dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan pada komentar terakhir, tidak dijawabnya dan saya yakin dia tidak akan mampu menjawabnya. 

Masih banyak sebenarnya poin yang ingin kami sampaikan, seperti penjelasan 12 hadits yang dijadikan kalangan Syi'ah untuk membenarkan madzhabnya, tidak sempat kami sampaikan seluruhnya, tapi apa mau dikata berhubung dia sudah mundur, maka Insya Allah dapat kami sampaikan di lain waktu.

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman