Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Mustofa Chepy Habsyie :
@ MY Nabi Muhammad adalah keturunan Ibrahim banyak hadis nabi yg menyatakan ini,sedangkan keturunan Ibrahim dan Ibrahimnya sdr Pasti secara OTOMATIS RASULULLAH JUGA ADALAH SEORANG IMAM ,ini bukan asal ngoceh ttp sesuai ayat :“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu IMAM bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari KETURUNANKU (Nabi Muhammad adlh keturunan Ibrahim)". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". QS. (2:124).

Ketika Ibrahim dijadikan imam oleh Allah, Nabi Ibrahim meminta agar keturunan-keturunannya pun diangkat menjadi imam. Tapi dijawab oleh Allah bahwa perjanjian kontrak antara Allah dan Ibrahim tidak berlaku bagi orang-orang yang tidak suci..JADI ANDA TERLALU AWAM UTK BICARA SOAL IMAMAH..dng Rasul ya 13 lah...ttp kalau Rosul mengatakan Imam dari keturunannya ya jumlahnya otomatis
12 org.... FAHAM ????
27 April jam 11:01 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
Mustofa Chepy Habsyie
MY menulis :
Imam Wahabi itu : Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Masa Khalifah pada umatku selama 30 tahun, kemudian setelah itu menjadi suatu kerajaan.” (HR. Abu Dawud no. 4647, at-Tirmidzi no. 2226, Ahmad (V/220,221), al-Hakim (III/71 dan Ibnu Abi Ashim no. 1181 dari Safinah. disahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahih jilid I bagian II, hal. 820-827 no. 459). Dan kepemimpinan al-Khulafa ar-Rasyidin

ditambah al-Hasan genap 30 tahun -Shadaqa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam-

BERARTI MATAN HADIS INI ANDA TLH BUKTIKAN KEPALSUANNYA SDR .TERIMAKASIH ...krn kalau 4 khalifah sd Imam ALi anda sendiri yg katakan tidak 30 th ,kecuali kita menambahkan Hasan...BGMN DNG HUSEIN adiknya ???ATAU MUAWIYAH YG MENJADI KHALIFAH ???MENGAPA BERHENTi DI IMAM HASAN hanya krn mau NGEPASIN 30 th???? KEMANA IMAM HUSEIN ??? ??? BUKAN KHALIFAHNYA YA ?? MUAWIYAH ?????YAZID???
27 April jam 11:29 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
@ M .Yusrina , anda berkata :"Abu Bakar dan Umar yg memberinya (Muawiyah) kekuasan? Apa benar begitu? anda ngomongnya penuh emosi, akhirnya akal anda tertutup. Bukankah Abu Bakar dan Umar telah wafat?

INI BUKTI ANDA TIDAK BACA SEJARAH KITAB KITAB ANDA SENDIRI :YG PENUH PUJIAN KPD MUAWIYAH,PEMBUNUH CUCU NABI IMAM HASAN YG SUCI....

Umar bin Khaththab radhiyallaHu ‘anHu berkata tatkala mengangkat Mu’awiyah sebagai gubernur Syam, “Janganlah kalian menyebut Mu’awiyah kecuali dengan kebaikan” (lihat Kitab al Bidayah 8/125 oleh Ibnu Katsir) Abdullah bin Abbas radhiyallaHu ‘anHu berkata, “Saya tidak melihat seorang yang lebih arif tentang kenegaraan daripada Mu’awiyah” (lihat Kitab al Bidayah 8/138 oleh Ibnu Katsir) Abu Mas’ud Al Muafa bin Imran pernah ditanya, “Wahai Abu Mas’ud siapakah yang lebih utama, Umar bin Abdul Aziz ataukah Mu’awiyah ?”. Dengan nada marah ia berkata, “Seorang sahabat nabi tidak bisa dibandingkan dengan seorang pun. Mu’awiyah adalah sahabat Nabi sekaligus iparnya dan penulis wahyunya” (lihat Tarikh Dimasyq 59/208) Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang yang mencela Mu’awiyah dan Amr bin Ash, lalu ia menjawab, “Tak seorangpun berani mencela keduanya kecuali mempunyai tujuan jelek” (lihat Tarikh Dimasyq 59/210) Ibnu Taimiyyah berkata, “Ia (Mu’awiyah) adalah awal raja dan kepemimpinannya adalah rahmat” (lihat Kitab Majmu’ Fatawa 4/478 dan Kitab Minhaj As Sunnah 6/232) Ibnu Abil Izzi Al Hanafi berkata, “Raja pertama kaum muslimin adalah Mu’awiyah dan ia adalah sebaik – baiknya raja kaum muslimin” (lihat Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 722) ..LAKNATULLAH SEMOGA DITIMPAKAN KPD PUTRA HINDUN PEMAKAN JANTUNG HAMZAH PAMAN NABI INI,dan semua pengikut dan pembelanya ....
27 April jam 20:51 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
M Y ..INI tulisan anda sendiri dan pengakuan Abubakar :

Dari Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, bahwa Abdurrahman bin Auf bersama Umar bin al-Khattab Radhiyallahu anhuma dan Muhammad bin Maslamah mematahkan pedang az-Zubair, kemudian Abu Bakar berdiri lalu berbicara kepada manusia dan meminta maaf kepada mereka, dia berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah mendambakan kekuasaan sekalipun dalam sehari semalam, tidak juga aku menginginkannya, akupun tidak pernah memintanya kepada Allah dalam kondisi rahasia maupun terang-terangan, akan tetapi aku mengkhawatirkan terjadinya fitnah, kekuasaan tidak membuatku tenang. Namun aku telah mengemban perkara besar, aku tidak memiliki kekuatan yang diberikan Allah. Sungguh, aku berkeinginan agar orang yang paling kuatlah yag mengambil posisiku sekarang ini.” Lalu orang-orang Muhajirin menerima apa yang diucapkannya dan permintaan maafnya. Ali dan az-Zubai Radhiyallahu anhuma berkata, “Kami tidak marah kecuali karena kami telah terlambat diajak bermusyawarah dan sesungguhnya kami memandang Abu Bakar adalah orang yang paling berhak setelah Rasulullah. Sesungguhnya ia adalah temannya di gua, orang kedua dari dua orang di sana, dan kami sungguh mengetahui kemuliaan dan kebesarannya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam telah memerintahkannya agar mengimami manusia saat beliau masih hidup.”

ANDA SENDIRI YG BUKTIKAN ANTARA PERKATAAN DAN PERBUATAN YG BERBEDA DARI UCAPAN ABUBAKAR DAN UMAR DIATAS DNG FAKTA AWAL SD AKHIRNYA SAQIFAH YG SERBA NGUMPET2 DAN PENUH AMBISI...
27 April jam 21:55 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
@ MY : SETELAH ABUBAKAR BERKATA TIDAK AMBISI ; DIA ANDA SDR TULIS BICARA SPT INI DI SAQIFAH..bawa2 dalil jadi Imam shalat yg ga pernah dilakiukan dan bahkan sering jadi MAKMUM dibelakan SAHABAT YG LAIN ...ini tulisan anda ttg pengakuan ambisinya walau dng dalil jadi Imam shalat yg ga pernah bisa dibuktikan sejarah ...:

Dari Abdullah ia berkala, Tatkala Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam wafat, orang-orang Anshar berkata, ‘Dari Kami seorang Amir dan dari kalian seorang amir’.” Ia brkata, “Lalu Umar mendatangi mereka seraya berkata, ‘Wahai orang-orang Anshar! tidakkah kalian mengetahui bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengangkat Abu Bakar untuk mengimami manusia. Siapa diantara kalian yang senang hatinya mendahului Abu Bakar?’ Maka orang-orang Anshar berkata, “Kami berlindung kepada Allah, kalau kami sampai mendahului Abu Bakar’.” Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits yang sanadnya shahih dan keduanya (al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya.” [Al-Mustadrak, no. 442]
27 April jam 22:01 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
ini hadis yg anda bilang sahih ????????? Padahal Abubakar ketika Rosul Wafat sedang membawa Umar yg bawa bawa PEDANG DAN GA PERNAH BUNUH ORG KAFIR..BAGAIMANA BISA JADI IMAM SHOLAT KRN DIA BERANGKAT PERANG DIBAWAH KOMANDO USAMAH REMAJA 17 th,ATAS PERINTAH ROSUL....dimana sholatnya ?????
27 April jam 22:06 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
MARI KEMBALI KPD AL QUR'AN YG SDH JELAS utk kesucian AHLUL BAIT..bahtera NUH DAN PINTU ILMUNYA ,ketimbang bawa 2 hadis kayak ginian....
27 April jam 22:08 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie  :
Sesungguhnya kebaikan itu memiliki asal dan pada asal itu terdapat pokok-pokok dan pokok-pokok itu terdapat cabang-cabang, dan pada cabang-cabang itu terdapat buah, serta tidaklah buah itu menjadi matang (dengan baik) kecuali pada tangkainya, dan tidaklah ada tangkainya kecuali ada pokoknya dan tidak ada pokok melainkan dengan adanya asal (bibit) yang baik.DAN AHLUL BAIT YG WAJIB KITA IKUTI DAN CINTAI ADALAH SUMBER WASILAH KEBAIKAN ALLAH
27 April jam 22:16 • Laporkan

Muhammad Yusrinal :
Nabi Ibrahim dan keturunannya menjadi Imam, betul. Dan itu ada nashnya secara jelas dari Al-Qur’an, disebutkan satu persatu nama-nama mereka oleh Allah : Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub, Nabi Yusuf, Nabi Muhammad Shalawatu was salamu alaihim. Tetapi ke-Imamah-an Ali, ada nashnya tidak? mana ayatnya Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa beliau seorang imam setelah Rasulullah yang harus diikuti? Ayat yang menerangkan dengan jelas dan terang, bukan ayat-ayat yang dapat ditafsirkan kesana-kemari. Bukankah Al-Qur’an itu diturunkan untuk menancapkan ke-Imamah-an Ali? Kok Allah tidak menyebutkannya? Bukankah ini persoalan paling mendasar? Bahkan ke-Imamah-an itu lebih tinggi lagi kedudukannya dari para Nabi dan Rasul sebagaimana dikatakan al-Khumaini? Bukankah ke-Imamah-an Ali itu merupakan prinsip dasar dari rukun Iman menurut kalian?

Atau anda mau mengatakan : Keimamahan Ali dijelaskan secara jelas oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam melalui hadits-haditsnya, diantaranya, 1). Hadits ad-Dar Yaum al-Indzar. 2). Hadits al-Manzilah, 3.) Hadits al-Ghadir. 4). Hadits ats-Tsaqalain. 5). Hadits as-Safinah. 6). Hadits, ‘Wa Huwa Waliyyu Kulli Mu’min Ba’di.’ 7). Hadits, ‘Ana Madinah al-‘Ilm wa ‘Aliyyu Babuha.” 8). Hadits al-Mu’akhah. 9). Hadits Tabligh Surah Bara’ah. 10). Hadits Sudd al-Abwah. 11). Hadits Bab Hiththah. 12). Hadits ar-Rayah. Dan bahkan masih banyak lagi sampai mencapai puluhan atau ratusani.

Saya katakan : Jangan ratusan, bahkan ribuan dari hadits-hadits yang kalian karang-karang. Ibnu Abi al-Hadid, Pen-Syarah Nahj al-Balaghah berkata setelah menyiratkan kepada apa yg dikarang-karang oleh kaum Syi’ah dalam mencaci para sahabat, “Demikianlah, para ekstrem Syi’ah Rafidhah berlebih-lebihan dalam mengarang-ngarang hadits-hadits yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, yang banyaknya mencapai jumlah yang amat mengejutkan. Sampai-sampai al-Khalili berkata di dalam al-Irsyad, ‘Kaum Rafidhah mengarang-ngarang hadits mengenai keutamaan-keutamaan Ali dan Ahlul Baitnya sekitar 300.000 hadits.” (Syarh Nahj al-Balaghah, 1/135 dan al-Irsyad, hal. 12)

Adapun untuk 12 hadits tersebut di atas Insya Allah menyusul penjelasannya satu persatu.
Rab pukul 5:08 •

Muhammad Yusrinal :
Kekhalifahan 30 tahun yang disebutkan oleh Rasulullah Shalallahu alihi wa sallam, adalah kekhalifahan yang berjalan di atas manhaj Nubuwah. Adapun setelah itu maka pemerintahannya sistem kerajaan. Bahkan dalam riwayat yang lain disebutkan, setelah kerajaan maka akan muncul para diktator dan setelah itu kekhalifahan Imam Mahdi. (Thabrani dalam Al-Kabir, Ibnu Mandah, Abu Na’im dan Ibnu Asakir, juga disebutkan oleh Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari juz 13, Kitab al-Ahkam. hal. 214)

Dan untuk perkataan para ulama tentang Kerajaan Mu’awiyah, bahwasanya beliau adalah seorang raja yang pertama, anda sudah menyebutkannya (terima kasih). Adapun untuk kekhalifahan ala manhaj Nubuwah yang 30 tahun berikut ini perkataan Abul Izzi al-Hanafi secara lengkapnya, “Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama dua tahun tiga bulan. Sementara kekhalifahan Umar berlangsung selama sepuluh tahun enam bulan. Sedangkan kekhalifahan Utsman selama dua belas tahun. Dan kekhalifahan Ali selama empat tahun sembilan bulan. Lalu kekhalifahan anak beliau Al-Hasan selama enam bulan. Raja pertama kaum muslimin adalah Mu’awiyah Radhiyallahu anhu. Beliau adalah sebaik-baiknya raja kaum muslimin. Akan tetapi beliau betul-betul menjadi Imam kaum muslimin, tatkala al-Hasan menyerahkan tugas dan kekhalifahan kepada beliau.” (Syarah Aqidah ath-Thahawiyah). Al-Hasan melengkapi kekhalifahan menjadi 30 tahun karena beliau adalah khalifah yang sah, setelah itu berubah menjadi kerajaan di masa Mu’awiyah.
Rab pukul 5:09 •

Muhammad Yusrinal :
Anda berkata, ANDA SENDIRI YG BUKTIKAN ANTARA PERKATAAN DAN PERBUATAN YG BERBEDA DARI UCAPAN ABUBAKAR DAN UMAR DIATAS DGN FAKTA AWAL SD AKHIRNYA SAQIFAH YG SERBA NGUMPET2 DAN PENUH AMBIS.

Saya katakan, Penuh ambisi? Apa anda tdk baca dengan teliti perkataan Abu Bakar? Beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah mendambakan kekuasaan sekalipun dalam sehari semalam, tidak juga aku menginginkannya, akupun tidak pernah memintanya kepada Allah dalam kondisi rahasia maupun terang-terangan, akan tetapi aku mengkhawatirkan terjadinya fitnah, kekuasaan tidak membuatku tenang...”

Serba ngumpet? Untuk apa? Untuk merampas kekhalifahan Ali yang telah dititahkan oleh Allah? Apa mungkin dengan ngumpet semacam itu mereka mampu merampas apa yang telah dititahkan oleh Allah tentang ke-Imamah-an Ali? Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan Rasul-rasulKu pasti menang.’ Sungguh Allah Maha Kuat lagi Maha perkasa.” (QS. Al-Mujadilah : 21). Apa anda tidak melihat apa perkataan Ali setelah itu? Beliau Radhiyallahu anhu berkata, “Kami tidak marah kecuali karena kami telah terlambat diajak bermusyawarah dan sesungguhnya kami memandang Abu Bakar adalah orang yang paling berhak setelah Rasulullah. Sesungguhnya ia adalah temannya di gua, orang kedua dari dua orang di sana, dan kami sungguh mengetahui kemuliaan dan kebesarannya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam telah memerintahkannya agar mengimami manusia saat beliau masih hidup.”
Rab pukul 5:10 •

Muhammad Yusrinal :
Hadits Pertama, hadits ad-Dar Yaum al-Indzari. Dari Ali bin Abi Thalib, “Tatkala ayat ini, ‘Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat’ (QS. Asy-Syu’ara : 214), turun kepada Rasulullah, beliau memanggilku lalu bersabda kepadaku, ‘Wahai Ali, sesungguhnya Allah telah memerintahkanku agar memberi peringatan kepada kerabat-kerabatku yang terdekat.’ Beliau berkata lagi, ‘Aku merasa berat melakukan hal ini, dan aku tahu bahwa bila aku memulai mereka dengan perkataan ini, aku melihat dari mereka apa yang aku tidak sukai, lalu aku diam hingga datang Jibril, yang berkata, ‘Hai Muhammad! Sesungguhnya jika engkau tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadamu, maka Rabbmu akan menyiksamu.’ Buatkanlah untuk kami satu sha’ makanan, letakkan kaki kambing bersamanya, isilah untuk kami satu wadah susu, kemudian kumpulkanlah untukku Bani Abdul Muththalib agar aku berbicara kepada mereka dan menyampaikan apa yang diperintahkan kepadamu tersebut.’

Lalu aku melakukan apa yang diperintahkannya kepadaku, kemudian aku memanggil mereka untuknya, sementara mereka ketika itu berjumlah 40 orang laki-laki, lebih satu orang atau kurang, di tengah mereka terdapat para pamannya; Abu Thalib, Hamzah, al-‘Abbas dan Abu Lahab. Tatkala mereka berkumpul dengannya, ia memintaku menghadirkan makanan yang aku buatkan untuk mereka, lalu aku membawanya. Tatkala aku meletakkannya, Rasulullah mengambil sepotong daging, lalu ia mengoyaknya dengan gigi-giginya, kemudian meletakkannya ke pinggir nampan. Ia berkata, ‘Ambillah dengan bismillah.’ Lalu orang-orang makan hingga kenyang. Aku tidak melihat kecuali tempat-tempat tangan mereka. Demi Allah, Yang jiwa Ali di tanganNya, sungguh satu laki-laki memakan apa yang aku sediakan untuk mereka semua.’

Kemudian ia berkata, ‘Beri minum orang-orang,’ lalu aku membawa wadah tersebut, lalu mereka minum hingga hilang rasa hausnya. Demi Allah, sungguh satu laki-laki dari mereka meminum sepertinya. Tatkala Rasulullah ingin berbicara kepada mereka, Abu Lahab mendahului pembicaraan, seraya berkata, ‘Sungguh mengagumkan sihir yang dilakukan orang ini kepada kalian.’ Lalu orang-orang itupun bubar dan Rasulullah belum berbicara dengan mereka.

Keesokan harinya, beliau berkata, ‘Wahai Ali! Sesungguhnya laki-laki ini telah mendahuluiku dengan mengatakan perkataan yang telah engkau dengar,’ lalu orang-orangpun bubar sebelum aku berbicara kepada mereka. Maka hidangkanlah makanan seperti yang engkau buatkan untuk kami, kemudian kumpulkanlah mereka.’ Ali berkata, ‘Lalu aku melakukannya. Kemudian akupun mengumpulkan mereka, kemudian beliau memintaku menyuguhkan makanan, dan aku mempersembahkan kepada mereka, lalu beliau melakukan seperti yang dikerjakannya kemarin, lalu mereka makan hingga mereka kenyang. Beliau berkata, ‘Beri minum mereka.’ Lalu aku membawa wadah itu kepada mereka, lalu mereka minum hingga hilang rasa hausnya, kemudian Rasulullah berbicara, beliau berkata, ‘Wahai Bani Abdul Muththalib! Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengetahui ada seorang pemuda Arab yang datang kepada kaumnya dengan membawa yang lebih baik dari apa yang aku bawa kepada kalian. Sesungguhnya aku telah datang membawa kebaikan dunia dan akhirat kepada kalian. Dan Allah telah memerintahkanku untuk mengajak kalian kepadanya. Siapa diantara kalian yang mau mendukungku atas masalah ini, dan ia menjadi saudaraku, begini dan begitu?’ Ia (Ali) berkata, ‘Lalu semua orang itu menahan diri. Lalu aku berkata, sementara aku adalah orang yang paling muda usianya diantara mereka, yang masih ada kotorang di matanya, paling besar perutnya dan paling kecil betisnya, ‘Aku wahai Nabi Allah! Akulah yang menjadi pendukungmu,’ lalu beliau memegang leherku, kemudian berkata, ‘Sesungguhnya ini adalah saudaraku… begini dan begitu, maka dengarkan dan patuhilah.’ Ia berkata, ‘Lalu orang-orang itu berdiri sembari tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, ‘Ia telah memerintahkanmu agar mendengarkan putramu dan patuh kepadanya’.”[ Tarikh ath-Thabari, 2/319-320]
Rab pukul 5:12 •

Muhammad Yusrinal :
Jawabannya dari beberapa aspek :

Pertama, ini hadits yang tidak shahih, bahkan hadits dusta.
Di dalam para perawi ath-Thabari terdapat Abdul Ghaffar bin al-Qasim, Abu Maryam. Ibnul Madini berkata, “Ia mengarang-ngarang hadits.” Setelah memaparkan vonis dusta oleh Abdul Wahid bin Ziyad terhadap perawi itu, Abu Dawud berkata, “Aku bersaksi bahwa Abu Maryam seorang pendusta besar, karena aku telah bertemu dengannya dan mendengar darinya. Namanya, Abdul Ghaffar bin al-Qasim.” Mizan al-I’tidal, 2/640]

Terdapat jalur lain dalam riwayat Abu Hatim, di dalamnya terdapat Abdullah bin Abdul Quddus.[Tafsir Ibnu Abi Hatim, no. 16015] Adz-Dzahabi berkata, “Ia seorang warga Kufah, penganut Syi’ah Rafidhah.” Yahya berkata, “Tidak ada apa-apanya. Seorang penganut Syi’ah Rafidhah, busuk.”An-Nasa’i berkata, “Bukan tsiqah.” Al-Bukhari berkata, “Seorang yang tidak diketahui identitasnya. Dan haditsnya mungkar.”[ Mizan al-I’tidal, 1/454]

Kedua, di akhir hadits terdapat kalimat, “Maka dengarkanlah dan patuhilah.” Apakah mereka itu orang-orang Islam sehingga mau mendengar dan patuh? Mereka itu tidak pernah mendengar dan tidak pernah patuh kepada beliau dalam prinsip keimanan. Mereka telah berpaling dari dakwahnya, bagaimana beliau bisa memerintahkan mereka sementara pada perinsipnya mereka bukanlah orang-orang beriman? Segala puji bagi Allah atas kesehatan akal!

Ketiga, di dalam hadits itu disebutkan bahwa putra-putra Abdul Muththalib adalah “Empat puluh laki-laki, lebih atau kuranag dari itu.” Namun sejarah bersaksi atas kebohongan jumlah ini.

Putra-putra Abdul Muththalib adalah 10 orang, tidak ada yang hidup semasa kenabian kecuali lima orang saja : Hamzah, al-Abbas, Abu Thalib, al-Harits dan Abu Lahab.

Adapun Hamzah, maka dia tidak memiliki anak. Sedangkan al-Abbas, maka anak pertamanya lahir saat embargo Quraiys terhadap mereka di (celah bukit), yaitu Abdullah, kemudian lahir lagi Ubaidullah, kemudian al-Fadhl. Jadi ia tidak memiliki putra-putra yang sudah besar yang turut hadir.

Sementara Abu Thalib, maka ia memiliki 4 orang putra : Thalib, Aqil, Ja’far dan Ali. Thalib tidak hidup saat Islam datang. Sedangkan al-Harits, maka ia memiliki 2 putra : Abu Sufyan dan Rabi’ah yang masuk Islam saat penaklukan Makkah. Sementara Abu Lahab, memiliki 3 orang putra : ‘Utbah, Mugits dan ‘Utaibah. Dua orang pertama masuk Islam dan nama yang terakhir didoakan celaka oleh Nabi.[Minhaj as-Sunnah, 7/297]
Rab pukul 5:15 •

Muhammad Yusrinal :
Mereka itulah putra-putra dan cucu ‘Abdul Muththalib. Bagaimana bisa hadir 40 orang laki-laki, sedangkan jumlah mereka tidak lebih dari 14 orang laki-laki saja?

Berikut keterangan dengan nama-nama dan status mereka :
1. Sang ayah (Abdul Muththalib)
2. Anak laki-laki (Hamzah)
3. Anak laki-laki (Al-‘Abbas)
4. Anak laki-laki (Abu Tahlib)
5. Anak laki-laki (al-Harits)
6. Anak laki-laki (Abu Lahab)
7. Cucu (Thalib bin Abu Thalib)
8. Cucu (Aqil bin Abu Thalib)
9. Cucu (Ja’far bin Abu Thalib)
10. Cucu (Ali bin Abu Thalib)
11. Cucu (Abu Sufyan bin al-Harits)
12. Cucu (Rabi’ah bin al-Harits)
13. Cucu (Utbah bin Abu Lahab)
14. Cucu (Mughits bin Abu Lahab)
15. Cucu (‘Utaibah bin Abu Lahab)

Jadi, mana yang 40 orang itu?
Terkadang, ada sisi-sisi yang terlewati oleh perawi pendusta di mana ia tidak dapat mengingatnya saat berdusta sehingga aibnya terbongkar!

Keempat, lafazh-lafazh hadits; di dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, “Dan ia menjadi khalifahku dalam keluarga besarku.” Dalam riwayat ath-Thabari, , redaksinya mubhan (tidak jelas), dan lafazhnya, “Dan ia menjadi saudaraku, dan begini dan begitu.” Jadi, lafazh Ibnu Abi Hatim tidak menyebutkan selain khilafah pada keluarga besarnya dan tiwayat ath-Thabari mubhan, namun keduanya tidak shahih.

Kelima, ini adalah tuduhan terhadap Ali bahwa ia tidak masuk Islam kecuali karena ambisi mendapatkan tampuk kekuasaan, bukan karena mencintai keimanan.

Keenam, berapa banyak orang yang masuk Islam bersama Ali dan setelahnya. Kita tidak pernah mendengar bahwa beliau menjanjikan mereka menjadi menteri atau amir. Andaikata hal itu terjadi dari Rasulullah, maka pastilah mereka akan meminta sepertinya!
Rab pukul 5:15 •

Muhammad Yusrinal :
Ralat :
Ali رضى الله عنه berkata, Amma ba'du, sesungguhnya membai'atku -wahai Mu'awiyah- wajib atasmu sementara engkau berada di Syam, sebab orang-orang telah membai'at Abu Bakar, Umar dan Utsman telah membai'atku di atas apa yg orang-orang itu nenbai'at mereka di atasnya... Sesungguhnya pengambilan pendapat dengan musyawarah adalah hak orang-orang Muhajirin dan Anshar." Dalam hal ini, Ali tidak berargumentasi dengan Imamah Manshushah (kepemimpinan berdasarkan nash). [Nahj al-Balaghah, no. 526)

Kurang satu kata bisa merubah makna...
Rab pukul 5:35 •

Muhammad Yusrinal :
Kalian senantiasa menyalahkan kekhalifahan Mu'awiyah Radhiyallah anhu yang menurut kalian bahwasanya beliau merupakan pembunuh keluarga Rasul. Secara tidak langsung kalian telah menyalahkan al-Hasan. Kenapa beliau menyerahkan kekuasaannya kepada Mu'awiyah.
Rab pukul 5:40 •

Muhammad Yusrinal :
Abu Bakar menjadi Imam Shalat tdk pernah dibuktikan sejarah? Pergi perang bersama Usamah? Perkataan yang aneh. Satu-satunya jalan untuk menghindar, yah dengan jalan seperti itu. Berusaha membathil sebuah riwayat yang menghancur luluh lantahkan madzhabnya sehancur-hancurnya. Abul Izzi al-Hanafi dalam Syarah Ath-Thahawiyah berkata, “Hadits-hadits tentang pengutamaan Abu Bakar menjadi Imam shalat amatlah masyhur. Dimana beliau bersabda, “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami manusia shalat...” (HR. Al-Bukhari, no. 664, Muslim no. 418, at-Tirmidzi no. 3672, an-Nasa’i no. 833 dan Ibnu Majah no. 1232) Kejadian itu berulang beberapa kali. Abu Bakar mengimami orang-orang selama beliau Shalallahu alaihi wa sallam sakit.” Tepatnya sebanyak 17 kali shalat selagi Rasulullah masih hidup.

Anda berkata, “Padahal Abu Bakar ketika Rasul wafat sedang membawa umar yang bawa-bawa pedang dan ga pernah bunuh orang kafir.” Bawa ke mana? Emang mereka ke mana? Pergi bersama Usamah? aneh... Bukankah kalian menuduh Umar bahwasanya dialah orang yang menghalangi Rasul untuk menulis wasiatnya tentang ke-Imamah-an Ali di akhir hayatnya?? Trus Anda mengatakan Umar tdk pernah bunuh org kafir? Tahu apa anda tentang Umar? Emang anda sdh seberapa banyak menyembelih orang-orang kafir? Kalian tdk pernah belajar shirah Rasulullah selama perjuangannya berdakwah di Makkah dan Madinah. Kalian tdk mau tahu bagaimana perjuangan orang-orang yang membantu beliau dalam menjalankan dakwahnya untuk meninggikan kalimat Allah. Kalian hanya mempelajari sejarah para sahabat untuk mencari-cari kesalahan mereka saja. Orang-orang yang aneh.
Rab pukul 5:58 •

Haykel :
Ok mas iyusl :tolong jangan ente putar2,jelas2 pengikut (syiah) imam Husain di karbala cuma 70an org.kenapa ente robah jadi warga kufah yang ngundang imam Husain yg jelas2 munafik.
Rab pukul 9:23 • Laporkan

Haykel :
Ok lagian kalo emang imam ente bener. mana dalil quran &hadisnye? ape imam nte itu maksum(suci)? terus yang mane yg paling bener diantara 4 itu?
Rab pukul 9:29 • Laporkan

Mustofa Chepy Habsyie :
RATUSAN AYAT TTG IMAM ALI DAN AHLUL BAIT DALAM AL QUR'AN

Hanya sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang beriman ; yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan membayar zakat sedang dia dalam keadaan rukuk(QS Al-Maidah : 55)
.
Ayat di atas turun berkenaan dengan peristiwa adanya pengemis yang meminta di Masjid, namun tidak ada orang yang mau memberinya sesuatu, lalu imam Ali bin abi Thalib yang sedang shalat mengisyaratkan agar pengemis itu mengambil cincin yang ada di jari tangan kanan beliau.
Kejadian ini diriwayatkan oleh:

INI DIKITAB PAKAR TAFSIR BERJILID BANYAK BUKU RUJUKAN UTAMA TAFSIR AHLUSSUNAH ..MRK AHLI AL QUR'AN YG DIAKUI DUNIA SUNNI...
1. Fahrur Razi dalam tafsir al Kabir juz 12 hal 26
2. Al Zamaksari dalam al Kassaf juz 1 hal 347
3. As Suyuti dalam ad Durul Mansur juz 1 hal 104,106
4. Al Ha’itsami dalam Majma’ al Jawa’id juz 7 hal 19,20
5. al Jassos dalam Ahkamul Qur’an juz 2 hal 446
6. As Sudi dalam tafsir Kabir al Qur’an 231
7. Ibn Katsir dalam tafsirnya juz 2 hal 74
8. Al Kanji As Syafi’i dalam Kifayat at Talib hal 200
9. An Nasafi dalam Tafsirul Qur’an juz1 hal 420
10. At Thabari dalam tafsirnya Jami’ul Bayan juz 13 hal 108
11. Al Wahidi dalam Asbabun Nuzul hal 113
12. Al Muttaqi al Hindi dalam Kanzul Ummal juz 13 hal 108
13. Alauddin al Haziri dalam Tafsirnya juz 2 hal 67
14. As Saukani dalam Fathul Gadhir juz 2 hal 78
15. At Thabari dalam Dahairul Uqba hal 102
Dan masih ada 20 riwayat lagi yang berkata; ayat ini turun berkenaan dengan imam Ali bin abi Thalib, yang bersedekah saat shalat.

Dari ayat itu juga dapat dijelaskan bahwa Wali anda adalah Allah, Rasul dan orang yang bersedekah saat sholat yaitu Ali ibn Abi Thalib. Dan tentu ada beberapa hal yang perlu dijelaskan dari ayat ini. Pertama, ayat ini dimulai dengan [اِنَّمَا]yang artinya pengkhususan, dan jika bermakna khusus tentu ada penjelasan siapa yang dimaksud. Kedua, disini mengunakan kata wali yang berarti penolong, pencinta, pewaris, penguat, yang lebih utama dalam perkara. Namun, setelah ada pegkhususan [اِنَّمَا]maka tidak ada arti yang cocok kecuali yang lebih utama dalam perkara (pemimpin). Ketiga, Sifat pemimpin itu yaitu salat dan saat rukuk dia bersedekah, dan tentu tidak semua orang melakukan hal ini. Karena itu asbabun nuzul menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib. Keempat, tentu beliau khusu’ walau bersedekah. Terbukti Allah SWT kemudian menjadikan kejadian ini sebagai tanda bagi pemimpin setelah Rasulullah SAAW. Berikut kami nukilkan hadist yang dengan jelas mengartikan kata wali (وَلِيُّكُم) dengan arti pemimpin :
Diriwayatkan oleh al Qunduzi al Hanafi dalam kitab Yanabiul Mawaddah bab 38 hal 134, Rasul saw bersabda di Ghadir Khum, “Wahai manusia tahukah kalian bahwa Allah SWT adalah Waliku dan aku walinya kaum mukminin dan aku lebih utama [dalam kepemimpinan] kepada mereka dari diri mereka sendiri.” Lalu mereka menjawab, “Benar ya Rasulullah.” Lalu beliau mengambil tangan Ali dan bersabda, “Siapa yang menjadikan Aku pemimpinnya, maka Ali juga pemimpinnya. Ya Allah! Pimpinlah orang yang menjadikan Ali sebagai pemimpinnya dan musuhilah yang menjadikan Ali sebagai musuhnya.” Lalu Salman berdiri dan berkata; “Ya Rasulullah! Kepemimpinan Ali seperti apa?” Kepemimpinannya adalah seperti kepemimpinanku! Barangsiapa yang menjadikan Aku lebih utama kepada dirinya dari pada dirinya , maka Ali juga harus lebih utama dari dirinya sendiri”.
Apabila ada yang bertanya, bukankah ayat itu وَالَّذِيْنَ امَنُوْا – menunjukan arti jamak (banyak)? Lalu mengapa hanya untuk satu orang, yaitu imam Ali bin Abi Thalib? Jawabnya yang pasti bahwa selain ayat ini ada juga ayat lain yang menggunakan lafadz jama’ tapi ¼ dituju hanya satu orang, berikut kami berikan contohnya:

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْجَمَعُوْالَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًا وَّقَالُوْاحَسْبُنَااللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ﴿ﺁل عمران : ١٧٣﴾

Artinya :
(yaitu) orang-orang yang (mentaati Allah dan Rasul) kepada mereka ada orang mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang (kafir) telah berkumpul untuk menyerang kamu, maka takutlah kamu kepada mereka”. Maka (hal itu) menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”.(QS Ali Imran : 173)

النَّاسُ – disini dipakai untuk satu orang, yaitu Naim bin Mas’ud al Asja’i, menurut;
• Ar Rozi dalam Tafsir Kabir juz 9 hal 99
• Az Zamaksari dalam al Kassaf jaz 1 hal 441

ياَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْااذْكُرُوْانِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْهَمَّ قَوْمٌ اَنْ يَّسْبُطُوْااِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَالتَّقُااللهَ وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ﴿ﺁل عمران : ١١﴾
Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika suatu kaum hendak mengulurkan tangan (jahat) mereka kepada kamu, maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin bertawakkal.(QS Ali Imran : 11)

يَّسْبُطُوْا – Walaupun jama’, yang dituju satu orang: غورث – Ada yang bilang . عموبن جحاس من بنى النضير menurut :
• Thabari, dalam Jamiul Bayan juz 10 hal 101
• Az Zamaksari, dalam al Kassas juz 1 hal 613
• Muhammad Rasid Rida, dalam al Manar juz 1 hal 276.

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَاجَاءَكَ مِنَ العِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْانَدْعُ اَبْنَاءَنَاوَاَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَاوَنِسَاءَكُمْ وَاَنْفُسَنَاوَاَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَفْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَتَ اللهِ عَلَى الْكذِبِيْنَ ﴿ﺁل عمران : ٦١﴾
Artinya :

Maka barang siapa yang membantah engkau tentang (kebenaran) itu sesudah datang pengetahuan kepadamu, maka katakanlah (kepadanya), “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan kamu, diri-diri kami dan diri-diri kamu, kemudian kita berdo’a dengan sungguh-sungguh (mubahala); dan kita jadikan (kita minta) supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta”.(QS Ali Imran : 61)
اَبْنَاءَنَا – bentuk jama’ untuk Hasan dan Husain
نِسَاءَنَا – bentuk jama’ untuk sayyidah Fatimah
اَنْفُسَنَا – bentuk jama’ untuk Imam Ali as, menurut :
a, Zamaksari, dalam Kassaf juz 1 hal 368
b, Muhammad Rasyid Rida dalam al Manar juz 3 hal 322
Ayat al Qur’an kadang pakai نَحْنُ padahal itu untuk Allah SWT yang Esa (untuk pengagungan).
Kita kadang ucapkan salam lekummmmاَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ – padahal untuk satu orang.
Rab pukul 10:44 • Laporkan

Muhammad Yusrinal :
Hadits Kedua, Hadits al-Manzilah
“Tidakkah engkau rela kedudukanmu dariku seperti kedudukan Harun dari Musa, hanya saja tidak ada Nabi setelahku.”

Jawabannya,
Pertama, Nabi mengangkat Ali sebagai penggantinya atas Madinah pd perang Tabuk. Dan ini merupakan hal yang biasa dilakukan beliau Shalallahu alihi wa sallam dengan mengangkat salah seorang dari para sahabatnya sebagai penggantinya atas Madinah, akan tetapi tatkala beliau mengangkat Ali Radhiyallah anhu, kaum munafik mengejeknya. Lalu ia menemui Nabi untuk mengadukan tuduhan kaum munafik itu, lalu Nabi menghiburnya dengan hal itu (ucapan dalam hadits tsb), maka pulanglah ia.

Kedua, Beliau Shalallahu alaihi wa sallam mengumpamakannya sebagai Harun, saudara Musa, adalah dalam penggantian sementara, sebab Harun adalah pengganti Musa ketika Musa pergi kpd Rabbnya pd waktu yang telah ditentukan, lalu berakhirlah masa penggantian itu sepulang Musa. Namun Harun tidak mengganti Musa setelah ia meninggal, karena ia (Harun) wafat sebelum Musa.

Ketiga, pengangkatan beliau ini telah berakhir setelah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam kembali, kemudia beliau mengutusnya setelah itu ke Yaman bersama Mu’adz dan Abu Musa al-Asy’ari. Dan Nabi pergi haji dan beliau mengangkat orang lain untuk menjadi penggantinya atas Madinah. Maka ini menunjukkan bahwa pengangkatan itu telah terputus.
Rab pukul 13:12 •

Muhammad Yusrinal :
Hadits Ketiga, Hadits Ghadir,

“Siapa yang aku adalah wali baginya, maka Ali adalah wali baginya.”

Jawabannya dari beberapa aspek,
Pertama, para ulama menyebutkan bahwa hadits ini memiliki sebab, yaitu sebagaimana yg diriwayatkan Ibnu Abu Syaibah dengan sanadnya dari Buraidah, ia berkata, “Aku bersama Ali ke yaman, lalu aku melihat pd dirinya ketidakramahan. Maka tatkala aku mendatangi Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam aku menyinggung Ali dan merendahkannya. Seketika rona wajah Rasulullah pun berubah, seraya berkata, “Bukankah aku lebih utama bagi kaum mukminin daripada mereka?” Aku berkata, “Benar, wahai Rasulullah.” Ia berkata, “Barangsiapa yang aku adalah wali baginya, maka Ali adalah wali baginya.” (Al-Mushannaf, 6/374, no. 32132.)

Kedua, Ibnu Katsir mengetengahkan sebab lainnya pada kitab Tarikhnya. Beliau telah mengetengahkan hadits ini secara sempurna, penjelasan tentang lafazh-lafazh yang shahih, lafazh-lafazh yang lemah dan munkar sebanyak hampir enam halaman. Pada permulaannya, ia berkata, “Diketengahkannya hadits yang menunjukkan bahwa beliau Shalallahu alaihi wa sallam berkhutbah di suatu tempat antara Makkah dan Madinah, sepulang dari haji Wada’, dekat dengan Juhfah disebut dengan Ghadir Khum. Di sana, beliau menjelaskan keutamaan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, dan kehormatannya yg bebas dari apa yang diperbincangkan oleh sebagian orang yang bersamanya di tanah Yaman, karena keadilan sikapnya yang bersumber darinya kepada mereka dimana sebagian mereka mengiranya sebagai bentuk kezhaliman, sikap menyusahkan dan kebakhilan. Dan kebenaran berada di pihaknya dalam hal itu. Oleh karena itu, tatkala beliau menyelesaikan penjelasan tentang manasik dan pulang ke Madinah, beliau menjelaskan hali itu di sela-sela perjalanan, beliau menyampaikan khutbah yang agung pada hari kedelapan belas dari bulan Dzulhijjah tahun itu. Tepatnya pada hari Ahadn di Ghadir Khum, di bawah sebuah pohon besar di sana. Di sana beliau menejelasan banyak hal, menyinggung tentang keutamaan Ali, amanahnya, keadilannya dan kedekatan hubungannya dengannya, semua itu menyingkirkan apa yang tertanam dalam benak kebanyakan orang terhadapnya.

Di sini kita akan mengetahui hadits-hadits inti yang berkenaan dengan hal itu, dan menjelaskan yg shahih dan yg dhaif yg terdapat di dalamnya, dengan kekuasaan, kekuatan dan pertolongan Allah. Abu Ja’far, Muhammad bin Jarir, pengarang tafsir dan tarikh, telah memperlihatkan ihwal hadits ini, dia menghimpun tentangnya dalam dua jilid dengan mengetengahkan jalur-jalur dan lafazh-lafazhnya. Beliau memuat yg berharga maupun g tidak, yg shahih maupun yg lemah, sesuai dengan kebiasaan kebanyakan kalangan ahli hadits yang mengetengahkan apa yg ada pada mereka dalam bab itu, dengan tanpa membedakan mana yg shahih dan mana yg lemah. Demikian pula, al-Hafizh al-Kabir, Abu al-Qasim bin Asakir juga banyak mengetengahkan banyak hadits mengenai khutbah ini. Di sini kami akan megetengahkan ini dari apa yg diriwayatkan mengenai hal itu, dengan memberitahukan di dalamnya tidak ada bagian yang mendukung kalangan Syi’ah, pegangan ataupun dalil bagi mereka, berdasarkan apa yang kami jelaskan dan peringatkan. Maka dengan memohon pertolongan Allah, kami katakan : Muhammad bin Ishaq dalam pemaparannya tentang haji wada berkata, Yahya bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Amrah menyampaikan kepadaku, dari Yazid bin Thalhah bin Yazid bin Rukanah, ia berkata, ‘Tatkala Ali tiba dari Yaman untuk bertemu dengan Rasulullah di Makkah, ia tergesa-gesa menemui Rasulullah, ia mengangkat salah seorang dari sahabatnya sebagai penggantinya untuk mengurusi para prajurit yg bersamanya. Lalu orang itu sengaja memberi setiap orang dari mereka pakaian bagus dari jenis pakaian yg bersama Ali. Tatkala pasukannya mendekat, ia keluar menemui mereka, ternyata mereka memakai pakaian yg bagus. Ia berkata, ‘Celaka kamu! Apa ini?’ Orang itu berkata, ‘Aku telah memberi orang-orang itu pakaian bagus agar mereka dapat memperindah diri bila mereka meghadap orang-orang.’ Ia berkata, ‘Celaka kamu! Lepaskanlah sebelum tiba di hadapan Rasulullah.’ Ia berkata, ‘Lalu orang itu melepaskan pakaian-pakaian bagus itu dari orang-orang tersebut, lalu mengembalikannya ke tempat semula.’ Ia berkata, ‘Lalu pasukan menumpahkan keluhannya terhadap apa yg ia perbuat tehadap mereka.’

Abu Iashaq berkata, ‘Abdullah bin Abdurrahman bin Ma’mar bin Hazm menyampaikan kepadaku, dari Sulaiman bin Muhammad bin Ka’ab bin Ujrah, dari bibinya Zainab binti Ka’ab -ia adalah istri Abu Sa’id al-Khudri-, dari Abu Sa’id, ia berkata, ‘Orang-orang mengeluhkan sikap Ali, Lalu Rasulullah SHalallahu alaihi wa sallam berdiri di tengah kami untuk berceramah, lalu aku mendengarnya bersabda, “Wahai manusia, Janganlah mengeluhkan sikap Ali, demi Allah, sesungguhnya ia lebih keras dalam Dzat Allah atau di jalan Allah (untuk dikeluhkan)’.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari hadits Muhammad bin Ishaq, Beliau bersabda, ‘Sesunggunya ia lebih keras dalam Dzat Allah atau di jalan Allah.’

Imam Ahmad berkata, ‘Al-Fadhl bin Dukhain menyampaikan kepada kami, Ibnu Abi Gunyah menyampaikan kpd kami, dari al-Hakam, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari buraidah, ia berkata, Aku ikut berperang bersama Ali ke Yaman, lalu aku melihat ketidakrahamannya. Tatkala aku datang kepada Rasulullah, aku menyinggung Ali, lalu aku merendahkannya. Maka aku melihat rona wajah Rasulullah berubah, seraya bersabda, ‘Wahai Buraidah! Bukankah aku lebih utama terhadap kaum mikminin dari diri mereka sendiri?’ Aku berkata, ‘Tenta, wahai Rasulullah.’ Ia berkata, ‘Barangsiapa yg aku adalah wali baginya, maka Ali adalah wali baginya.

Demikian pula diriwayatkan oleh an-Nasa’i, dari Abu Dawud al-Harrani, dari Abu Na’im al-Fadhl bin Dukain, dari Abdul Malik bin Abi Gunyah dengan sanadnya, sepertinya. Dan ini adalah sanad yg baik lagi kuat, semua perawinya adalah tsiqah.” (Al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/204)

Jadi, hadits ini sebagaimana yg anda lihat memiliki sebab, yaitu ketidakramahan yg terjadi antara Ali dan sebagian sahabt

Ketiga, lantas, mana dalam hadits ini yang menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin atas kaum muslimin?

Sesungguhnya al-Wilayah bagi Rasulullah adalah hak wajib atas seluruh kaum muslimin. Al-Wilayah adalah cinta dan pertolongan, ia merupakan hak wajib diantara kaum muslimin dianatar mereka dan Rasul mereka, bahkan antara mereka dan Rabb mereka. Allah berfirman, “Sesungguhnya pertolongan kamu hanyalah Allah dan orang-orang beriman.” (QS. Al-Maidah : 55)

Keempat, andaikata yg dimaksud oleh hadits ini adalah wilayah, dalam artian ia adalah wa (pemimpin/penolong) kaum muslimin, niscaya ia dinyatakan dgn jelas oleh Nabi, sebab hal itu berupa tasyri yg tidak mengandunga Tauriyah (ungkapan dgn kata-kata yg mengandung dua arti, dekat dan jauh. Pengucap ingin arti yg jauh, sementara pendengar memahami arti dekat).

Kelima, andaikata yg dimaksudkan beliau adalah perkara Tasyri yg baru, yaitu kepemimpinan atas kaum muslimin, maka sudah barang tentu beliau tdk membiarkan orang-orang hingga menyelesaikan haji dan kembali ke negeri-negeri mereka, kemudian beliau tdk menyinggung itu, kecuali kpd penduduk Madinah.

Keenam, Allah telah menurunkan pada kegiatan haji itu, FirmanNya, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu.” (QS. Al-Maidah : 3). Ini adalah dalil bahwa tasyri telah ditutup, setiap hal yg datang sesudahnya, hanya merupakan wejangan-wejangan dan peringatan.
Rab pukul 13:13 •

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman