Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Sujud Sahwi atas suatu hal yang jika dilakukan secara sengaja dapat membatalkan shalat adalah wajib. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkannya, baik dalam bentuk perbuatan maupun dengan meninggalkan suatu dari amalan shalat.[2]

Kelupaan bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia atas hamba-hambaNya, sekaligus sebagai bentuk kesempurnaan bagi agama mereka. Aga dengan demikian itu mereka mengikuti beliau atas apa yang telah disyriatkanNya kepeda mereka pada saat lupa. Sebab, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga pernah lupa sehingga dengan kelupaannya itu muncul beberapa hukum syariat yang berlaku juga bagi kelupaan yang dilakukan oleh umatnya sampai hari Kiamat kelak.[3] telah ditegaskan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dalam sujud Sahwi ini beliau telah mensyari’atkan bagi umatnya beberapa hukum, diantaranya :

PERTAMA :
TELAH DIRIWAYATKAN DALAM SUJUD SAHWI INI BEBERAPA HAL, YAITU :

1. Salam Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pada rakaat-rakaat kedua (dari shalat Zhuhur atau Ashar), kemudian beliau menempurnakan sisanya dan bersujud setelah salam.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu tentang kisah Dzul Yadain, dia bercerita : “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengetjakan salah satu dari dua shalat sore hari[4], dua rakaat kemudian mengucapkan salam. Selanjutnya beliau mendekati kayu di masjid bagia depan lalu beliau meletakkan tangannya di atas kayu tersebut. Sedang diantara orang-orang itu terdapat Abu Bakar dan Umar. Keduanya merasa segan untuk mengajak beliau berbicara, lalu orang-orang segera keluar seraya bertanya : ‘Apakah shalat beliau tadi di qashar?’ Ada seorang yang dipanggil oleh Nabi dengan sebutan Dzul Yadain, berkata : ‘Wahai Rasulullah, apakah shalat tadi diqashar ataukah engkau tadi lupa?’ Beliau menjawab : ‘Aku tidak lupa dan tidak juga shalat tadi di qashar.’ Lalu orang tadi berkata : ‘Tidak wahai Rasulullah anda telah lupa.’ Selanjutnya, beliau mengerjakan shalat dua rakaat lalu bertakbir dan bersujud seperti sujudnya atau lebih panjang kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir. Selanjutnya, beliau meletakkan kepalanya dan bertakbir lalu bersujud seperti sujudnya atau lebih lama lagi dan setelah itu beliau mengangkat kepalanya dan bertakbir kemudian mengucapkan salam.”[5]

2. Salam Nabi Shallallahu alahi wa sallam setelah rakaat ketiga, lalau beliau menypurnakan rakaat yang tersisa, yaitu rakaat keempat lalu mengertjakan sujud Sahwi setelah salam.

Sebagai mana yang disebutkan di dalam hadits Imran bin Husain : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat Ashar lalu beliau mengucapkan salam pada rakaat ketiga kemudian beliau masuk rumah. Ada orang yang bernama Al-Hirbaq, yang mempunyai tangan panjang, mendatangi beliau seraya bertanya : ‘Wahai Rasulullah,’ Lalu dia menyebutkan apa yang beliau kerjakan. Dalam keadaan marah sambil menarik kainnya beliau keluar sampai dikerumunan orang-orang dan berkata : ‘Apakah orang ini benar?’ Mereka menjawab : ‘Benar.’ Maka beliau mengerjakan satu rakaat lagi kemudian mengerjakan daua kali sujud dan setelah itu mengucapkan salam.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan : “Beliau menggerjakan satu rakaat yang tertinggal kemudian salam lalu mengerjakan dua kali sujud Sahwi kemudian salam.”[6]

3. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam langsung berdiri setelah rakaat kedua dari shalat Zhuhur dan tidak melakukan duduk tasyahhud hingga shalatnya selesai, lalu mengerjakan sujud Sahwi sebelum salam.

Sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits Abdullah bin Buhainah Radhiyallahu anhu : “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat zhuhur bersama mereka (para sahabat) lalu beliau berdiri pada rakaat kedua dan tidak duduk tasyahhud maka orang-orang pun berdiri bersama beliau hingga beliau menyelesaikan shalatnya. Kemudian orang-orang menunggu salam beliau. Beliau bertakbir sedang beliau dalam keadaan duduk lalu mengerjakan sujud sebelum mengucaokan salam dan setelah itu mengucapkan salam.[7]

4. Beliau mengerjakan shalat Zhuhur lima rakaat, kemudian beliau teringat, maka beliau melipat kakinya dan menghadap ke kiblat untuk selanjutnya mengerjakan dua sujud dan mengucapkan salam

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu : “Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam pernah mengerjakan shalat Zhuhur lima rakaat lalu ditanyakan kepada beliau : ‘Adakah penambahan dalam shalat?’ Beliau menjawab : ‘Apakah penambahan itu?’ Mereka berkata : ‘Engkau telah mengerjakan shalat lima rakaat.’ Maka beliau pun segera berdujud dua kali setelah melakukan salam.”[8]

5. Adapun ragu, beliau belum pernah mengalaminya. Akan tetapi telah diperintahkan dua hal sesuai dengan macamnya :

a. Orang yang dugaan kuatnya lebih dominan maka dia diperintahkan untuk berpegang dengannya lalu mengerjakan sujud Sahwi setelah salam.

Hal ini didasarkan pada hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia bercerita : “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah mengerjakan shalat dan setelah selesai mengucapkan salam, beliau ditanya : ‘Wahai Rasulullah, telah terjadi sesuatu dalam shalat?’ ‘Apa itu?’ tanya beliau. Mereka menjawab : ‘Engkau telah mengerjakan shalat begini dan begitu.’ Kemudian beliau melipat kakinya seraya menghadap kiblat dan bersujud dua kali untuk kemudian mengucapkan salam. Dan ketika menghadap kea rah kami, beliau bersabda : ‘Sesungguhnya jika terjadi sesuatu di dalam shalat pasti aku akan ceritakan kepada kalian, akan tetapi aku ini hanyalahn manusia biasa seperti kalian, bias lupa seperti halnya kalian lupa. Oleh karena itu, jika aku lupa, ingatkanlah aku. Jika salah seroang dari kalian ragu di dalam shalatnya, hendaklah dia memilih yang benar untuk kemudian menyempurnakannya, lalu mengucapkan salam, dan setelah itu bersujud dua kali’.”

Dalam sebuah riwayat Muslim disebutkan :
“Hendaklah dia memilih yang paling dekat kepada kebenaran.”[9]

b. Orang yang ragu jumlah bilangan rakaat diperintahkan untuk mengambil yang yakin, yaitu bilangan yang paling sedikit. Hendaklah dia bepegang pada keyakinannya dan menyingkirkan keraguan kemuadian mengerjakan sujud Sahwi sebelum mengucapkan salam.[10]

Hal ini didasarkan pada hadits Abu Sa’id Radhiyallahu anhu, yang di marfu’kannya :
“Jika salah seorang dari kalian ragu di dalam shalatnya sedang dia juga tidak mengetahui sudah berpa rakaat yang dikerjakan, tiga atau empat rakaat, hendaklah dia membeuang keraguannya dan berpegang pada apa yang diyakininya kemudian mengerjakan sujud dua kali sebelum mengucapkan salam. Jika dia sudah mengerjakan shalat lima rakaat, shalatnya akan digenapkan dengannya (sebagai sunnah) dan dia mengerjakan shalat empat rakaat, kedua sujud itu akan menghinakan syaitan.”[11]

Imam Ahmad Rahimahullah mengatkan : “Ada lima perkara yang telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : Salam pada rakaat kedua (dari empat rakaat yang seharusnya), salam pada rakaat ketiga (dari empat rakaat yang seharusnya), juga salam karena adanya tambahan dan kekurangan, dan belaiu juga perna berdiri pada rakaar kedua tanpa duduk tasyahud.”[12]

Al-Khattabi Rahimahullah mengatakan : “Yang menjadi sandaran oleh para ulama adalah kelima hadits di atas.”[13]

Sedangkan Imam Ibnu Qudamah mengemukakan : “Yaitu yang dua hadits Ibnu Mas’ud, hadits Abu Sa’id, Abu Hurairah dan Ibnu Buhainah.”[14]


-------------------------
Catatan kaki :
2. Lihat kitab Al-Mughni, Ibnu Qudamah (II/433), Fatawa Ibnu Taimiyah (XXIII/26-35). Asy-Syahrul Mumti’ (III/531).
3. Lihat kitab Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim (I/186)
4. Yang dimaksud adalah shalat Zhuhur dan Ashar. Dalam kitab Shahihul Bukhari terdapat ucapan beberapa orang perawi : “Perkiraan besar saya jatuh pada shalat Ashar,” no. 1229. Dalam riwayat Muslim “Shalat Ashar”, no. 573. Dan kedua hal tersebut telah dipadukan bahwa kisah tersebut beragam. Subulau Salam, Ash-Shan’ani (II/359).
5. Muttafaqun alaihi. Al-Bukhari no. 1229. Muslim no. 573
6. Muslim no. 574
7. Muttafaqun alaih. Al-Bukhari no. 839, 1224. Muslim no. 570
8. Muttafaqun alaih. Al-Bukhari no. 401, 1226 dan 7249. Muslim no. 572
9. Muttafaqun alaih. Al-Bukhari no. 401. Muslim no. 572
10. Lihat kitab Zaaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim (I/291-192)
11. Muslim no. 571
12. Al-Mughni, Ibnu Qudamah (II/403)
13. Ma’alimus Sunnah, Al-Khattibi (I/469)
14. Al-Mughni (II/403). Juga Asy-Syahrul Kabir (IV/5)

Ensiklopedi Shalat, hal. 377-381. Pustaka Imam Asy-Sayafi’i

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman