Muhammad Yusrinal

Yang Terbaik Diantara Kalian Adalah Yang Mempelajari Al-Qur'an Dan Yang Mengajarkannya

Pengertian Syirik Menurut Ulama Madzhab Syafi’i

Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais

1. Imam al-Azhari asy-Syafi’i

Beliau mengatakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang hambaNya yang bernama Luqman al-Hakim, beliau berkata kepada putranya :

“Janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13)

Syirik adalah kamu membuat sekutu bagi Allah dalam ketuhananNya (RububiyahNya). Maha Luhur Allah dari sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan. Makna Laa tusyrik dengan memakai ba’ dalam billaahi adalah : “Kamu jangan menyepadankan Allah dengan yang lain sehingga yang lain itu kemudian kamu jadikan sekutu bagi Allah. Begitu pula dalam firmanNya :

“Disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (QS. Ali Imaran : 151)

Maka isyrak (menyekutukan) dalam ayat ini adalah menyepadankan Allah dengan yang lain. Dan siapa yang menyepadankan Allah dengan makhlukNya, maka ia telah musyrik, karena Allah itu satu tidak ada sekutu, tidak ada tandingan maupun bandinganNya.”[2]


2. Imam al-Raghib al-Ishfahani

Beliau menyatakan, “Syirik yang agung adalah menetapkan adanya sekutu bagi Allah. Misalnya, Fulan menyekutukan Allah dengan yang lain. Syirik ini adalah kekufuran yang paling besar.”[3]

3. Imam al-Minawi

Beliau mengetakan, “Syirik adalah menyandarkan perbuatan yang hanya Dzat Yang Maha Esa semata berhak melakukannya kepada makhluk yang bukan haknya melakukan perbuatan itu.”[4]

4. Al-Allamah Ali as-Suwaidi asy-Syafi’i

Ketika menjelaskan tentang syirik dan mengingatkan bahayanya, beliau berkata, “Ketahuilah -semoga Allah menjaga saya dan kamu dari kemusyrikan, kekafiran dan kesesatan. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita menuju hal-hal yang disenangi dan diridhaiNya, baik dalam perkataan maupun perbuatan-, bahwa syirik itu berlawanan dengan tauhid. Keduanya tidak akan bertemu. Seperti halnya dengan kekafiran berlawanan dengan iman, dimana keduanya bertolak belakang. Maka apabila ada orang disebut muwahhid, ini artinya ia meyakinin keesaan Allah dan tidak menetapkan bahwa Allah itu punya sekutu. Dan seseorang tidak mungkin dapat disebut bertauhid dengan tauhid yang dikehendaki Allah, sebelum dia membersihkan diri dari segala sesuatu yang mengandug unsur kemusyrikan kepada Allah (yang disembah)

Lawan dari muwahhid adalah musyrik. Yaitu yang terlahir dari kemusyrikan meskipun dengan salah satu dari macam-macam syirik, seperti dengan ucapan, sifat-sifat, perbuatan, keyakinan, mu’amalah, persetujuan, dan penilaiannya bahwa syirik itu baik. Begitu pula apabila ia rela mengucapkan atau mendengarkan kata-kata syirik.

Orang-orang pada masa jahiliyah, karena dalam ibadah mereka telah melakukan syirik, menyekutukan Allah dengan hal-hal yang menurut mereka baik, karena akal mereka tidak berfungsi dan mereka selalu mengikuti kesesatan yang sudah jelas bersumber dari nenek moyang mereka, maka mereka tetap saja selalu menyembah berhala-berhala, patung-patung, pohon-pohon, kuburan, tugu, batu-batu besar, dan lain-lain. Mereka meminta keberkahan dari benda-benda tersebut seraya mengharapkan syafa’at (pertolongan) benda-benda itu di sisi Penciptanya. Mereka berlindung kepada benda-benda tersebut, dan berpegang teguh dengan anggapan mereka, bahwa dengan itu, mereka mencukupi makan minum mereka.

Dari perbuatan syirik ini kemudian muncul kesesatan-kesesatan yang merupakan cabang-cabang dari pohon kemusyrikan itu. Seperti takhayul, bersumpah dengan menyebutkan benda-benda yang mereka jadikan tuhan, menggantungkan matra-mantra, benda-benda pengasih, dan jimat-jimat untuk memperoleh atau menolak apa yang mereka kehendaki. Maka dengan perbuatan itu mereka telah menyepadankan dan menyekutukan antara Allah dengan makhlukNya, yaitu dengan sama-sama dicintai, dijadikan harapan, ditakuti, dijadikan tempat berlindung, diyakini mampu mencegah, memberi, mendekatkan dan menjauhkan.

Perbuatan-perbuatan yang dilandasi dengan kebodohan ini kemudian berkembang dan merata, dan api kesesatan menyala diantara mereka, sampai mereka membuat upacara-upacara agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Mereka menjadikan binatang-binatang tertentu menjadi saibah, wasilah dan ham.[5]

Begitulah, orang-orang jahiliyah itu berbuat dalam kebodohan dan kesesatan, sampai kemudian Allah mengutus NabiNya Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, sekaligus mengajak mereka untuk menyembah Allah dengan izinNya, dan juga ibarat lampu yang memberikan penerangan.

Maka Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam kemudian memberikan penerangan terbuka tentang hakekat tauhid dengan cara mengesakan Allah dan membersihkan diri dari penyembahan-penyembahan kepada lainNya. Dan itulah hakekat tauhid. Nabi juga menegaskan kepada orang-orang jahiliyah tentang keharusan untuk mengesakan Allah dan meninggalkan syirik. Itulah tauhid yang dijelaskan Allah dalam kitabNya yang diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam.

Allah menerangkan tauhid dengan membuat perumpamaan-perumpamaan, dan mengetengahkan argumen-argumen secara jelas dan rinci. Oleh karena itu anda dapat melihat Al-Qur’an dan hadits lebih banyak menyebutkan syirik dan orang-orang musyrik daripada menyebutkan kekafiran dan orang-orang kafir.

Menyebut-nyebut syirik pada masa itu, dan pada masa sesudahnya, yaitu masa sahabat dan tabi’in adalah suatu hal yang dikenal secara populer. Bahkan menyebutnya sampai pada tingkat yang sangat masyhur. Namun ketika fondasi-fondasi syirik itu sirna, karena orang-orang yang musyrik juga sudah tidak ada lagi, sementara ajaran-ajaran agama secara benar menjadi gejala umum, maka hampir tidak ada orang yang menyinggung-nyinggung tentang kemusyrikan. Tidak ada mulut yang mau dikotori dengan menyebut syirik itu. Karenanya para ulama kemudian banyak membahas masalah murtad, dengan menyebut-nyebut hal-hal yang menyebabkan kafir, dan mereka tidak membahas hal-hal yang dapat menjadikan musyrik pada seseorang.[6]

Setelah penjelasan ini, kita lihat bahwa syirik dalam uluhiyyah tidak disebut-sebut. Padahal tauhid uluhiyyah merupakan pokok agama Islam. Tauhid inilah yang menyebabkan terjadinya pertentangan antara para rasul dan umatnya; dan ajaran tauhid ini pula yang dibawa oleh para rasul di mana mereka diutus oleh Allah.

Sebagaimana ditegaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya : 25)



Catatan kaki :

2. At-Tahdzib al-Lughah, X/16
3. Al-Muwaththa’, hal. 452]
4. At-Taqaqquf ‘ala Ummahat at-Ta’arruf, hal. 418
5. Saibah adalah onta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja, tidak boleh diganggu lantaran suatu nadzar. Wasilah adalah anak domba yang lahir kembar, jantan dan betina. Yang jantan disebut wasilah, tidak boleh disembelih, tetapi untuk berhala. Ham adalah onta jantang yang telah membuningkan onta betina sepuluh kali. Onta semacam ini tidak boleh diganggu menurut adat jahiliyah.
6. Al-‘Iqd ats-Tsamin, hal. 18-19

About This Blog

"I dedicate this blog to myself personally and to my brothers the other as an advice that can bring us closer to Allah.

I hope this blog can provide many benefits to humankind, especially to improve the quality of our faith in Allah."

About Me

"I am a Muslim, and I am proud to be a Muslim. I am very grateful to my Lord because He has made me a Muslim. I also gained will always beg Him for he always makes me a Muslim until I meet Him in the wilderness masyhar. I really love my religion, therefore, I will fight for it with gusto. if you are a Muslim and also love your religion, then we will meet in a state of loving. But if you are against me and my religion, then we'll be seeing in the field of jihad. whoever you are!!!"

Total Tayangan Halaman